November 23, 2013 - Birthday Note

Sudah lama aku tidak menulis, tidak sempat tepatnya.


Setiap ulang tahun, rasanya ada urge dari dalam untuk menulis.

Aku sedang menunggu Aisyah mengikuti psiko-test untuk assessment minat dan bakatnya di Lembaga Psikologi Terapan UI di Salemba. Tujuannya untuk mengetahui akan masuk fakultas apa nanti saat kuliah.  Walaupun masih kelas 2 SMA, tetapi di awal kelas 3 nanti sudah harus menentukan pilihan untuk Jalur Undangan PTN dan lebih cepat lebih baik.

Aisyah, yang sedang menantikan sweet 17-nya tahun depan, adalah anak sulungku. Gadis cantik yang pintar, kuat dan bertanggung jawab.  Tinggi badannya sudah melebihi tinggi badanku yang sudah cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia. Secara fisik, Aisyah sangat mirip Ayahnya, berkulit sawo terang, bermuka lonjong, bermata besar, berjidat lebar seksi, dan rambutnya ikal.



 
Tetapi secara karakter, sangat mirip aku, periang, keras, pejuang, lantang, dan emosinya meluap-luap.  Tetapi dia lebih suka berdandan dan tampil cantik daripada aku yang chu-x, untuk moment  tertentu. Hobinya naik gunung dan kegiatan-kegiatan outdoor yang menantang.  Aktif (sangat) di kegiatan Sisgahana (club pecinta alam di SMA 70) dan ”berjuang” keras membuat nilai fisikanya bagus, dengan guru yang tidak disukanya. Suka bergaul dengan cewek atau cowok, asalkan tidak fake (muna), begitu dia selalu bilang.

 


Almas, si bungsu, sudah menjelang remaja. Baru menginjakkan kakinya sebagai murid SMP Cikal Harapan di Citra Indah, Jonggol, Bogor. Terbalik dengan kakaknya, Almas sangat mirip aku secara fisik, berkulit putih, bermuka bulat lucu, bermata agak sipit, dan rambutnya agak ikal. Ganteng pastinya, karena sejak SD saja sudah banyak teman-teman ceweknya yang naksir. Bahkan sekarangpun tingginya sudah melebihi tinggi badanku dan masih akan meninggi. 

 

Karakternya berbeda, Almas lebih perasa, tidak terlalu ambisius, walaupun secara IQ lebih tinggi dari kakaknya, namun untuk urusan belajar (formal) ”secukupnya” saja. Pintar tentu saja, memiliki empati yang besar, dan suka sekali komputer. Main game (di komputer) adalah hobinya, dan nilai komputer di sekolahnya sangat bagus. Berbeda dengan sang kakak yang lebih outdoor, sang adik lebih indoor.Tidak secerewet sang kakak, namun sama-sama memiliki karakter leadership, karena senantiasa menjadi leader di antara teman-temannya. Hampir selalu dipilih menjadi ketua kelas.

 
 
 Yoga, adalah suamiku tercinta. Kita sudah menikah jalan 19 th. Bukan waktu yang sebentar, dan kita sudah mengalami naik turun, susah senang, bersama. Membangun rumah tangga dari modal dengkul, dan berjuang untuk alignment karakter karena kita berdua sangat berbeda. Mulai dari perbedaan jenis kelamin (tentunya), dan bagi yang pernah baca Men from Mars and Woman from Venus, laki-laki dan wanita memang datang dari planet yang berbeda dan berbicara dengan bahasa yang berbeda. Bagi yang pernah baca Personality Plus, aku sanguinis koleris dan Yoga plegmatis murni.

Kita dibesarkan di lingkungan yang berbeda, aku anak kota dan Yoga anak desa, aku besar dari single parent bukan orang Indonesia (Mamaku Japanese) dan Yoga memiliki orang tua lengkap sampai sang Ayah Mertua baru saja meninggalkan kita semua 2 bulan lalu. Masing-masing dari kita belajar dari lingkungan yang penuh konflik, dan memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat nilai-nilai kehidupan. Yoga besar dalam lingkungan ”sangat Indonesia” dan religius, sedangkan aku besar dengan nilai liberal dan bebas bertanggung jawab.

Aku sangat logis, dan Yoga lebih percaya insting. Aku pekerja keras dan Yoga seniman (yang juga bekerja keras tentunya). Aku ambisius dan Yoga lebih slow down. Aku ekstrovertdan Yoga introvert.

Di atas kertas, kita ”semestinya” tidak cocok, namun dengan toleransi dan komitmen, serta keberadaan anak-anak yang hebat, membuat kita tetap dan masih bertahan. Mudah? Sangat tidak mudah. Bisa? Ya, Alhamdulillah kita bisa menjadi pasangan hidup.

 


Mamaku sudah tenang ”tidur” bersama Ayahanda di Cipayung. Mama adalah sosok wanita solitaire, yang sangat kuat, tabah dan pekerja keras. Nilai-nilai tanggung jawab, kejujuran dan survival, aku pelajari dari Mama. Hidup adalah perjuangan, berdiri tegar di atas kaki sendiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain, begitulah Mama menjalani hidupnya dan menjadi pelajaran yang berharga bagiku.



Ayahanda, yang tidak pernah aku kenal, karena telah meninggalkan kita (meninggal dunia) sejak aku masih sangat kecil. Kabarnya Ayahanda adalah orang hebat di jamannya. Salah satu pendiri Kota Marabahan di Barito Kalimantan Selatan. Mantan Akabri yang jadi pengusaha sangat sukses. Darah pengusahanya mengalir dalam darah adikku semata wayang, Yudis.

Yudis, adikku, berkarakter sangat keras. Selain toleransinya yang memang logis, Yudis adalah pekerja keras, tidak kenal menyerah. Menjalankan beberapa usaha, dan pernah terpuruk, namun bisa bangkit dan bertanggung jawab bagi keluarganya dengan 4 orang anak laki-laki. Tidak suka berbasa basi, to the point dan bisnis is bisnis.

 
Mereka-meraka adalah orang-orang penting dalam hidupku, tentunya disamping kakak-kakak se-ayah dan se-ibu, Ayah Ibu Mertua, keluarga suami, adik adik ipar, kakak-kakak ipar, keluarga besar Ayahanda, keluarga besar Mama, keluarga besar suami, teman-teman SD, SMP, SMA, kuliah, rekan kerja dan kolega-kolega yang aku kenal.
 
 
 

Last but not least, Allah SWT adalah kekuatanku, yang tidak pernah meninggalkanku dalam ujian-Nya, semoga aku menjadi salah satu dari orang-orang yang dikasihi-Nya.

 



Aku bersyukur dengan keberadaan mereka semua menjadikan aku adalah aku yang sekarang.


Pekerjaanku saat ini adalah sebagai Akuntan Pajak di PT Mead Johnson Indonesia.  Tidak pernah aku sangka aku bisa mencintai dunia akuntansi dan pajak, dan bahkan mengambil sertifikasi konsultan pajak.  Angka-angka adalah makananku sehari-hari, tidak ”semengerikan” yang pernah aku bayangkan dulu semasa SMA, karena akrab dengan komputer dan laporan.  Segala sesuata yang dijalankan dengan ikhlas, pastinya tidak pernah menjadi kerugian. Rejeki tidak kemana.

Menulis adalah salah satu kesukaanku, walaupun sudah tidak punya lagi cukup waktu untuk melakukannya, semoga aku tidak kehilangan ”sentuhan’ku.

Happy Birthday Yudi.

 

 
Semoga aku terus bisa melakukan yang terbaik dan meninggalkan dunia ini dengan bahagia kelak,

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng