December 20, 2008 - Allah Menjaga Nilai Ujian Anak-Anakku

Ini hari Sabtu, semestinya aku libur bekerja, namun load pekerjaan menjelang akhir tahun, ditambah re-strukturisasi policy di semua lini dalam perusahaan, dalam rangka pengetatan budget, satu cara bagi perusahaan untuk survive di masa-masa resesi seperti sekarang ini, membuat jam kerja ku jadi meningkat gila-gilaan dalam 3 minggu terakhir ini.

Aku bekerja di perusahaan jasa manufacturing pengerasan baja, yang sahamnya 90% dimiliki oleh Jepang, di bagian “dapur” perusahaan, untuk urusan laporan keuangan dan pajak.  Sudah 6 tahun kujalani, dan seingat aku, hanya beberapa periode saja aku “terpaksa” harus bekerja di luar jam kerja biasa, yaitu Senin - Jumat, 08.00 - 17.00.  Waktu saat awal-awal dimana aku harus men-develop standar prosedur, akhir tahun, di bulan pelaporan pajak tahunan (February-Maret), saat pemeriksaan pajak, dan menjelang Shareholder Meeting.

Sekarang, adalah salah satu yang “terberat”, manpower dikurangi, akhir tahun, plus pemeriksaan pajak dalam rangka restitusi pajak badan sebesar 2 milyar.  Tahun-tahun yang lalu (perusahaan tempat aku bekerja setiap tahun diperiksa karena hampir selalu tax overpaid), Alhamdulillah….tanpa tax consultant, tanpa undertable money, pengembalian pajak perusahaan selalu hampir 100%.

3 minggu terakhir ini, aku pulang di atas jam 9 malam, malah kadang sampai tengah malam, plus Sabtu bekerja pula.  Tanpa kusadari, tekanan darahku merayap naik, minggu lalu kuperiksa sudah mencapai 150/90.  Dengan sejarah Ayahanda meninggal karena stroke, dan adikku pun memiliki hipertensi, sepertinya aku memang harus berhati-hati.

Namun yang paling menghancurkan hatiku 3 minggu terakhir ini adalah, karena aku tidak bisa seperti biasanya pulang sekitar jam 6.30 - 7.00 malam untuk mengajari anak-anakku yang sedang menghadapi ujian akhir semester.  Aisyah kelas 6 dan Almas kelas 2.

Aku menerima dengan permohonan maaf kepada anak-anakku, tidak bisa mendampingi mereka belajar, protes mereka setiap harinya.  Pekerjaan telah “merampok” waktuku untuk mereka, yang memang juga sudah tidak banyak.  Hatiku sedih, kepalaku penuh dengan pekerjaan, dan tekanan darahku merayap naik…… sungguh minggu-minggu yang berat.

Kemarin, berakhir sudah ujian akhir semester mereka, dan sebagian hasil ujian telah diperiksa guru mereka dan dibawa pulang.  Pembagian raport akan dilaksanakan hari Rabu minggu depan, menjelang liburan akhir semester dan akhir tahun.

Aku pasrah……walaupun biasanya akupun tidak pernah mentarget hasil ulangan-ulangan ataupun ujian mereka, namun aku selalu mentarget jam-jam belajar mereka sehari-harinya, dan pemahaman mereka terhadap pelajaran.  Nilai-nilai yang aku tanamkan di awal adalah process oriented dulu, baru nanti setelah mereka lebih dewasa akan aku tanamkan nilai-nilai result oriented.

Sehingga, ternyata sang kakak, Aisyah, selalu memperoleh juara pertama di kelasnya, dan setiap tahun menjadi pelajar teladan, dan sang adik, Almas, kadang masuk 3 besar, kadang masuk 5 besar, adalah bonus bagi kami.  Bahkan, hadiah yang biasanya aku berikan saat mereka memperoleh prestasi adalah pujian tulus dan pelukan hangat, pembelian barang-barang biasanya kami berikan saat mereka membutuhkan, bukan sebagai reward.

Namun, kali ini aku agak berkecil hati, belum pernah selama ini aku tidak full mendampingi mereka belajar saat ujian akhir, kali ini prioritasku adalah pekerjaan, karena memang tidak bisa tidak kulakukan.  Mereka belajar bersama Ayahnya, dengan metoda pembelajaran yang sedikit berbeda denganku.

Kemarin, aku sampai ke rumah jam 9.30 malam, dan anak-anak memang menahan tidur mereka karena ingin menunggu aku pulang, biasanya jam 9 adalah jam tidur mereka.  Aku mintakan hasil-hasil ujian mereka…….dan aku perhatikan satu-satu dengan keharuan dan airmata yang nyaris jatuh.

Alhamdulillah……nilai-nilai mereka tidak turun, tetap bagus-bagus sebagaimana biasanya, tetap dengan rata-rata 90an dan beberapa 80an.  Nilai terendah sang kakak, 88 untuk pelajaran Bahasa Arab dan sang adik 78 (satu-satunya yang dapat 70an) untuk juga pelajaran Bahasa Arab.  Sang adik bahkan ada 1 nilai 100, Matematika.

Aku peluk mereka satu persatu dengan bangga, aku puji mereka dengan sepenuh hati dan aku mohonkan permohonan maaf karena keabsenanku belajar bersama saat ujian akhir.  Walaupun tetap dengan nada protes, karena aku masih belum bisa pulang di jam normal, namun mereka mengerti dan tetap membanggakan.

Terima kasih suamiku yang telah full mengcover dalam mendampingi anak-anak belajar dalam ujian kali ini, dan hasilnya luar biasa.....

Terima kasih ya Allah……Kau jaga nilai ujian anak-anakku…..

Hari Sabtu, di kantor, 20 Desember 2008 (Ibu yang berbahagia - karyawan yang sedang hectic luar biasa)

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng