Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Wanadri

Bagi yang belum mengetahui, menurut Wikipedia, Wanadri atau Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri adalah organisasi kegiatan alam bebas yang berkedudukan di Bandung, Indonesia. Wanadri berdiri pada 1964, dengan tujuan untuk turut membangun Tanah Air, Bangsa, dan Negara Republik Indonesia melalui pendidikan pemuda-pemudi dengan menggunakan media alam bebas sebagai sarana pendidikan.


Pada dasarnya, Wanadri adalah kumpulan sekelompok orang yang mencintai kehidupan di alam bebas. Organisasi Wanadri —yang dapat dipandang sebagai suatu “masyarakat Wanadri”— adalah organisasi yang memiliki aturan dan norma yang khas, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang senantiasa berlaku dan dihormati oleh anggotanya.


Secara umum, visi Wanadri adalah menjadi sebuah organisasi pendidikan untuk mendidik manusia, khususnya anggotanya, agar mempunyai nilai-nilai yang terkandung dalam Janji dan Hakikat Wanadri. Tujuannya adalah untuk membentuk seorang manusia yang mandiri, ulet, tabah, Pancasilais sejati, dan percaya pada kekuatan diri sendiri.


Dalam menerapkan tujuannya, terdapat empat kegiatan pokok Wanadri yang meliputi: penjelajahan, pendidikan, integrasi dengan masyarakat, dan perlindungan alam. Pengembaraan di gunung, hutan rimba yang lebat, jurang yang dalam, tebing terjal, bergulat dengan arus deras, riam dan jeram di sungai, disadari atau tidak, tentu akan memberi pengaruh pada karakter seseorang. 


Berbagai rintangan yang dihadapi dalam pengembaraan akan membuat orang menjadi lebih tabah, tidak mudah putus asa. Di tengah kebesaran alam, keindahan dan mungkin keganasannya, seorang Wanadri akan menyadari keagungan Tuhan Sang Pencipta. “Jalan pengembaraan” inilah salah satu cara Wanadri mendidik manusia, khususnya anggota-anggotanya.


Namun, dalam kenyataannya, di dunia ke-pecinta alam-an di Indonesia, Wanadri dipandang sebagai organisasi yang paling "bergengsi", paling sulit untuk dimasuki, karena tingginya standard mulai dari seleksi (kesehatan, psikologis, fisik dan pengetahuan), beratnya medan latihan pendidikan dasarnya, 1 bulan penuh, di alam, bertahan dengan cuaca panas dan dingin, pendidikan ala ala semi militer, long march puluhan km, menyusuri rawa laut, urusan kaki yang "rusak" bersepatu militer dan mengangkat beban carrier hampir 20kg, dan lamanya program (hingga 1-2th) sampai bisa memperoleh nomor pokok anggota.  


Slayer oranye dengan lambang 8 mata angin berperisai dan berwarna hijau dan biru dikelilingi warna oranye menjadi kebanggaan tersendiri karena sulitnya mendapatkannya.

Dari ratusan peminat, sekian yang gugur dalam seleksi, sekian yang gugur dalam pendidikan dasar, dan sekian yang tidak sempat menjalankan program, maka hanya sekian saja yang kemudian menjadi aktivis Wanadri.  Namun demikian, tetap saja, di setiap (biasanya) 2 tahunan penerimaan anggota baru, selalu membludak peminatnya.




Aisyah


Anakku, Aisyah, 19th, mahasiswa semester 3 Fakultas Hukum Unpad, memang memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam, gunung dan hutan sejak masuk Pramuka di SD dan SMP, dan kemudian mengikuti Kegiatan Pecinta Alam di SMA (Sisgahana - SMA 70 Jakarta).


Mendaki gunung, adalah salah satu kegiatan favoritnya, selain untuk menikmati keindahan alamnya, gunung dirasakannya sebagai rumah ke-2 nya, dimana dirinya merasa aman, terlindungi, bebas, lepas menjadi diri sendiri, tidak ada yang menghakimi, sunyi tanpa hiruk pikuk duniawi, tenang dimana pikiran menjadi jernih.  Kadang kalau 1 bulan saja Aisyah tidak ke gunung, sudah dilanda kerinduan, seperti rindunya pulang ke rumah.


Di samping itu, kegiatan ke-pecinta alam-an yang diikutinya, juga membuatnya lebih "mudah" mengenali mana teman yang sesungguhnya, mana teman yang di mulut saja, mana teman yang meninggalkan saat teman lain kesusahan, mana teman yang bisa jadi saudara, mana teman yang bisa diandalkan.  


Karena bagi Aisyah, tidak perlu banyak teman yang hanya sekedar teman, disebutnya kenalan, cukup beberapa teman sejati yang dia yakini mereka akan membantunya di saat susah, dan tentunya yang akan dia bantu dan ada saat mereka membutuhkan.  Dan teman sejati itu adalah yang mereka yang sudah terbukti mau susah bersama, dari di gunung dan hutan, dan lalu di kehidupan nyata mereka terbukti memang kadang lebih care dari keluarga.





Aisyah dan Wanadri


Dimulai dari saat menjalani pendidikan dasar saat memasuki ekskul pecinta alam di SMA nya tahun 2012, para seniornya mengatakan bahwa pola pendidikannya meng-kiblat (mengacu) ke pola pendidikan Wanadri, dan kemudian di tahun 2014 Aisyah ikut sang pacar menghadiri Uparaca Pelantikan Pendidikan Dasar Wanadri di Kawah Upas Bandung yang dirasa begitu sakral, maka kemudian timbul keinginan di hatinya, untuk menjadi anggota Wanadri.


Apa rasanya, 144 siswa pendidikan berlari bergemuruh di kawah itu, diiringi dentuman meriam, meneriakkan kata kata "Wanadri! Wanadri!", dihadiri ratusan senior dengan slayer oranye, dan ratusan orang tua dan sanak keluarga yang menyambut, bahkan Pangdam III/Siliwangi Mayjend TNI Dedi Kusnadi Thamim memimpin langsung acara tersebut di Kawah Upas Gunung Tangkuban Parahu, Minggu (21/9/2014) Pagi.


Hari itu, detik itu, Aisyah mengatakan dalam hatinya, aku akan berdiri di sana, tahun 2016.


Pendidikan Dasar Wanadri


Hari ini, 15/08/2016, Aisyah sedang menjalani pendidikan dasar Wanadri (PDW) 2016, sejak 30 Juli lalu, dan kemarin 14 Agustus, setelah 2 minggu menjalani pendidikan, Aisyah pulang ke rumah untuk recovery selama 15 jam.


Aisyah sudah melalui 2 tahun untuk mempersiapkan diri, mulai dari mengurusi masalah kesehatan, persiapan fisik dan mental, lalu mendaftar di bulan Februari 2016 (dari ratusan peminat, hanya dibatasi 250 pendaftar ada 18 wanita) kemudian mengikuti seleksi PDW bulan April lalu (141 calon siswa lolos seleksi ada 8 wanita),  dan kemudian tanggal 30 Juli 2016 mengikuti Uparaca Pembukaan PDW 2016 di Gedung Sate (122 calon siswa yang hadir ada 6 wanita). Aisyah menjadi perwakilan casis (calon siswa) wanita dan satu casis laki-laki yang menerima nomor calon siswa dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.  







Persiapan menjelang pembukaan yang disebut kegiatan pra-PDW sudah lumayan melelahkan, mempersiapkan perlengkapan dan perbekalan selama 2 minggu.





16 hari berlalu, Aisyah dan 121 casis lain telah menjalani separo dari pendidikan dasar dan diperbolehkan pulang selama 15 jam untuk recovery dan melengkapi perlengkapan dan perbekalan yang kurang.

Sabtu 13 Agustus, sekitar jam 9an malam, Aisyah dan beberapa casis lain yang memang tinggal di rumah semenjak pra-PDW, tiba di rumah.  Pakaian, sepatu, carriernya kotor penuh tanah dan lumpur, kulitnya yang memang aslinya berwarna sawo cerah tampak lebih gelap, badannya tampak sangat letih dan mengurus, kakinya bengkak karena aktifitas fisik yang berat, dan telapak dan jari jari kakinya memerah dan melepuh karena menggunakan sepatu militer dan beraktifitas dalam keadaan basah dan lembab, terasa perih panas dan menyakitkan, bahkan untuk berjalan saja sulit.  Tapi raut mukanya ceria dan bersemangat.

Jam 12 siang esok harinya (Minggu 14 Agustus) sudah harus kumpul lagi di Taman Pramuka, untuk melanjutkan pendidikan selama 14 hari, sampai Uparara Penutupan dan Pelantikan PDW 2016 tanggal 28 Agustus 2016, dengan sudah membersihkan pakaian pakaian yang penuh lumpur, merawat kaki, berbelanja perlengkapan dan perbekalan dan merasakan sekian jam tidur di atas empuknya kasur dan hangatnya selimut.


Malam itu sampai esok harinya, aku, ayahnya dan sang pacar membantu Aisyah merawat kakinya, mencuci baju-bajunya, dan mempersiapkan perlengkapan dan perbekalan.  Aisyah pastinya bisa melakukannya semua sendiri, karena teman-temannya pun melakukan semuanya sendiri, namun kami lakukan untuk memberikan support atas perjuangan yang sedang dilakukannya.


Ada saat dimana Aisyah menumpahkan air matanya, dalam pelukanku, bukan menyesal, bukan meratapi, ataupun menyerah setelah setengah jalan menjalani pendidikan, namun sebagai pelampiasan tekanan dan rasa sakit yang telah dan sedang dialami, untuk melepaskannya melalui air mata.


Aku Ibunya, yang melahirkannya, yang selalu menjaganya dan memastikan kesehatan, kebahagiaan, kecukupan dan kenyamanannya selama 19th ini, pedih rasanya hati ini melihat rasa sakit rasa lelah yang dihadapi my baby saat itu.  Namun aku tau bahwa ini salah satu konsekuensi dari pilihan yang telah dia buat dan secara sadar dia lakukan demi impiannya, maka aku katakan padanya. "You can cry, but you can not break down".  Aku besarkan hatinya, aku katakan bahwa dia pasti bisa menyelesaikan setengah perjalanan lagi, menyelesaikan misinya.


Aku dan Aisyah tau bagaimana kerasnya Wanadri mendidik calon calon anggotanya, sudah banyak referensi yang kita baca dan berbicara pada banyak anggota Wanadri di tahun-tahun sebelumnya, dengan berbagai opini dan pendapat bagaimana Wanadri membentuk dan merubah seseorang.


Aku tau, bahwa menyelesaikan PDW ini penting bagi Aisyah, dan aku tau, aku mengenal Aisyah-ku, Aisyah akan kuat menjalaninya sampai akhir.


Aku ingat, 3 tahun lalu saat Aisyah menyelesaikan pendidikan dasar gunung dan hutan (PDGH) Sisgahana selama 4 hari, Aisyah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat, lebih bijak dan lebih bersyukur.  Aku tau, apabila Aisyah sampai di akhir PDW, tanggal 28 Agustus nanti, setelah 30 hari ditempa dengan sangat keras oleh alam, Aisyah akan menjadi pribadi yang lebih kuat lagi, lebih baik lagi, lebih bijak lagi dan lebih bersyukur lagi....semoga.


Aisyah-ku, kembali menjalani lanjutan pendidikan setelah 1 hari recovery kemarin, walau dengan jalan yang masih terseok karena kakinya yang melepuh dan membengkak, dengan semangat untuk menyelesaikannya.  Beberapa casis memutuskan tidak melanjutkan pendidikan dengan berbagai alasan, dan beberapa casis dipulangkan karena masalah medis dan beberapa casis menyerah.





Sisa (mungkin sekitar) 100-an siswa dengan 4 wanita yang menjalani lanjutan pendidikan. Aku menyaksikan mereka hadir dengan jalan terseok, karena sebagian besar pasti mengalami lecet/luka di kakinya, dengan carrier besar melebihi besar badannya, namun dengan semangat yang luar biasa di Taman Pramuka kemarin.





Bathinku berdoa, Ya Allah, bila ini adalah jalan yang Aisyah inginkan untuk menjalani salah satu impiannya, berikanlah kekuatan fisik dan mentalnya untuk menyelesaikannya, jadikan Aisyah-ku menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat, lebih bijak dan lebih bersyukur, setelah selesai nanti. Tetapkanlah hatinya untuk tidak menggeser prioritas hidupnya untuk menyelesaikan kuliah hukumnya pada waktunya, menjadi pengacara yang baik, menjadi istri yang berbhakti, dan menjadi ibu yang hebat, dan pendidikan dasar Wanadri-nya sebulan ini yang dilalui dengan darah, keringat dan air mata ini menjadi salah satu upaya dalam meraih hal-hal hebat dalam hidupnya.


Amin.



Comments

  1. Pasti bangga menjadi seorang ibu dari Aisyah....Insyalloh Aisayah akan menjadi insan yg lebih baik dr hari ini..

    ReplyDelete
  2. Ceritanya bagus bu, jadi penasaran endingnya, aisyah pulang dr pendidikan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aisyah bisa menyelesaikan PDW nya dan dilantik menjadi anggota muda. Kemudian "berusaha" menjalani pendidikan lanjutan untuk mendapatkan nomor anggota sambil menjalani kuliahnya. Banyak terjadi kegalauan karena kedua-duanya penting menurut Aisyah. Sampai satu waktu (setelah sekitar 1th kalau tidak salah) Aisyah dengan berat hati meninggalkan pendidikan lanjutan Wanadri karena lebih memprioritaskan kuliahnya (sempat ada 1 matkul tidak lulus). Jadi sampai sekarang ya masih anggota muda, Alhamdulillah kuliah sudah selesai 3.5th, tinggal menyelesaikan skripsi semester depan.

      Delete
  3. Luar biasa bunda. Pengalaman yg hampir mirip juga saya alami. Melepas suami untuk ikut serta dalam kegiatan yg sama. Dan sampai selarang masih proses mendapat nomor anggota. Sedih.. tp harus sama2 kuat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Durrotun, masing-masing pribadi memiliki prioritasnya masing-masing, dan saya bersyukur bahwa anak saya memprioritaskan kuliahnya pada saat ini. Anak saya menjadikan PDW sebagai kawah candra-dimuka untuk menjalani kehidupan yang dipililhnya, namun memutuskan tidak meneruskan menyelesaikan nomor anggota karena menyelesaikan kuliah hukumnya dan kemudian akan bekerja di law-firm adalah prioritasnya saat ini. Mungkin suatu saat nanti bila ingin berkontribusi kembali dalam ke-organisasian, bisa dijalankan apabila prioritas lain sudah dijalani.

      Delete
  4. Trimakasih tante, untuk kisah putrinya ini, saya ingin menjadi seperti kak aisyah

    ReplyDelete
  5. Menyentuh sekali tante ceritanya.. senang sebagai ortu selalu mensupport anaknya.. tanpa sadar saya meneteskan air mata hihi..

    ReplyDelete
  6. luar biasa..!!
    mau tanya kalau habis pendidikan yg 1 bulan, untuk mendapatkan nomor ke Anggotan butuh brapa tahun ??
    dan apakah tidak mendapatkan nomor keanggotaan tapi sudah selesai PDW itu termasuk Anggota wanadri ??
    brpa kira kira Biaya untuk pendidikan sampai dengan selesai ?
    Trimaksi..πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
    Replies
    1. untuk mendapatkan nomor registrasi pokok (NRP) pasca pendidikan,anggota muda wanadri wajib mengikuti program pasca PDW selama 1-2 semester (6-12 bulan).
      selesai PDW siswa akan dilantik menjadi Anggota Muda Wanadri (AMW) lalu setelah mengikuti program pasca PDW dengan waktu yang sudah ditentukan barulah akan dilantik menjadi anggota biasa dan memiliki Nomor Registrasi Pokok (NRP).
      jadi kesimpulan dari pertanyaan kedua adalah ...termasuk anggota wanadri setelah menyelesaikan PDW tapi sifatnya adalah Anggota Muda Wanadri (AMW) dan belum memiliki nomor registrasi pokok.
      untuk biaya pendidikan dasar sendiri berkisar di 1 juta - 1,5 juta

      Delete
  7. luar biasa..!!
    mau tanya kalau habis pendidikan yg 1 bulan, untuk mendapatkan nomor ke Anggotan butuh brapa tahun ??
    dan apakah tidak mendapatkan nomor keanggotaan tapi sudah selesai PDW itu termasuk Anggota wanadri ??
    brpa kira kira Biaya untuk pendidikan sampai dengan selesai ?
    Trimaksi..πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  8. saya iri sekali ingin memiliki ibu seperti bunda yg selalu mensupport 😭 saya punya ketertarikan ke alam suka mendaki gunung juga tapi sekarang terhalang restu orang tua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dicoba diberikan pengertian orang tuanya, ajak kakak pembina atau teman yang sudah sukses hidupnya dan juga pecinta alam untuk memberikan pengertian bahwa menjadi pecinta alam bisa juga baik hidupnya, semoga bisa mengerti ya orang tuanya.

      Delete
  9. Wanadri telah menemukan teman kami yang hilang di pegunungan Piramida Bondowoso. Terima kasih...

    ReplyDelete
  10. Pengen banget kayak kak Aisyah🀀

    ReplyDelete
  11. sangat beruntung,dan saya sendiri ketika membaca tulisan dari seorang ibu yang begitu luar biasa telah melahirkan sosok wanita tangguh,saya meneteskan air mata.
    saya sempat daftar namun alloh berkehndak lain,dan belum di beri kesempatan

    ReplyDelete
  12. Assallamu'alaikum ww., boleh tau no siswa dan alamat Aisyah atau alamat atau no yang bisa di kontak. Mungkin no bu Yudiati. Mohon email ke alamat email saya diatas, mungkin saya bisa bantu untuk melakukan evaluasi Aisyah dan mendukungnya untuk mendapat program lanjutan tambahan untuk menjadi anggota penuh.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Skinhead

beng-beng