February 6, 2009 - Suami-Suami Takut Istri

Suami-Suami Takut Istri…..adalah drama situasi komedi yang lagi naik daun.  Lucu memang, namun getir sebetulnya.  Aku kadang tertawa menontonnya, tetapi sebenarnya sedih membayangkan bahwa ternyata banyak sahabat-sahabat para suami di luar sana, menangis getir di bawah ketiak sang istri.

Aku, yang kebetulan berkarakter keras, cukup berpendidikan, memiliki karir cukup baik, dan memiliki kebutuhan power cukup besar, sangat punya potensi untuk memasukkan sang suami ke  organisasi ISTI (Ikatan Suami Takut Istri).  Untungnya….sang suami yang kalem-kalem tidak banyak bicara, punya prinsip yang kuat juga, dan menolak “diintimidasi”. 

Alhamdulillah…..sehingga dalam proses berinteraksi, dalam kita mencari pola hubungan dan komunikasi yang paling pas dalam hubungan suami istri, dan kita makin mendewasa, aku sampai pada pembelajaran bahwa bagaimanapun “hebatnya” sang istri, tetapi pemimpin dalam rumah tangga adalah sang suami, seperti yang pernah aku ingat disampaikan Pak Ustadz.  Dan dalam prakteknya, aku melihat kebenaran di dalamnya. 

Tadi aku menyebutkan mengenai “kebutuhan power”, hal itu aku pelajari dari milis psikologi, bahwa menurut Oom William Glasser, psikolog yang mempopulerkan Choice Theory, bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu Power, Love & Belonging, Fun, Survival, dan Freedom.  Aku tidak akan menjabarkan satu-satu dalam kesempatan ini, kecuali “power” karena berkaitan dengan yang ingin aku sampaikan dalam tulisan ini.

Manusia dengan kebutuhan power yang besar, yang dengan teori popoler lainnya disebut choleric (pake teori Plato yang dipopulerkan Florence Littauer), dimana karakter manusia dipengaruhi oleh cairan kuning empedu, diibaratkan musim panas, dan memiliki elemen api, dengan karakter dasar ambis (ambisi besar), energizer (energi besar) dan full of passion.  Kekuatannya cenderung mendominasi dan mengintimidasi, hebat menjadi pemimpin, tetapi juga biasanya pemarah dan bertemperamen.

Kebayang kan? Para istri yang berkarakter dasar choleric dan memiliki kebutuhan power yang besar, dan tidak menyadari, tidak belajar menyalurkan emosi dan energinya secara positif, tidak belajar mengendalikan temperamen, akan sangat mengintimidasi sekitarnya, dan terutama bagi seorang istri/ibu rumah tangga, tanpa kegiatan aktualisasi di luar rumah, maka rumah/keluarga/suami/anak-anak adalah satu-satunya hal yang “bisa diatur”.

Jadilah kemudian populer istilah ISTI dan bahkan SSTI memiliki rating yang cukup tinggi.  Aku kenal seorang tokoh nasional yang sangat kharismatik, dan nasehatnya bernilai puluhan juta rupiah atau ribuan dolar, namun tidak berkutik saat sang istri membuat keputusan dalam organisasinya bahkan yang kadang membuat para fans di sekelilingnya terkesan didzolimi atau dimanfaatkan, padahal telah sangat loyal dan membantu sepenuh hati, tanpa dibayar.  Ada juga gosip bahwa salah satu mantan presiden kita-pun, begitu takluk pada sudut kerling sang istri.

Hubungan suami istri memang hubungan yang unik dan berbeda antara satu pasangan dengan pasangan lainnya.  Dari banyak hal yang telah aku pelajari, aku alami, aku resapi, aku renungi selama ini, ternyata yang mengatakan bahwa “maka kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita”, terutama dalam rumah tangga (bukannya suami adalah kepala keluarga dan istri adalah lehernya yang menggerakkan kepala, seperti yang pernah aku dengar), aku sadari kebenarannya.

Bukan berarti para laki-laki boleh semena-mena kepada kaum wanita, tetapi dasar saling menghormati tetap harus dijunjung tinggi, dan segala sesuatu ada porsinya, ada Sunatullahnya, ada aturannya.  Ternyata, bila ada hukum alam yang kita “langgar”, maka akan ada saja yang “salah” dengan kehidupan kita.

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng