Kisah Hana - Episode#4 Antara Bali dan Borneo

 “Hana-chan, kita sudahi sesi pelajaran bahasa Indonesianya hari ini ya” kata Boestami, seorang guru private.

 “Baik Boestami-san, sampai berjumpa minggu depan” jawab Hana

 “Oh ya, minggu depan ada yang mau kenalan ya Hana-chan, ada pengusaha dari Borneo sedang berbisnis di sini dan ingin berkenalan dengan gadis Jepang” sambung Boestami sebelum pergi.

"Hm… donata desuka?” (hm… siapa?) tanya Hana penasaran

Boestami hanya tersenyum dan berlalu, meninggalkan Hana termangu.

Sejak mengunjungi Bali beberapa tahun silam, dengan adiknya Natsumi, Hana jatuh cinta kepada Indonesia. Pantai dan alamnya yang indah, cuaca yang bersahabat, dan masyarakatnya yang ramah begitu memukau Hana.

Ingatan Hana melayang, bulan Juni tahun 1967. Hana dan adiknya Natsumi menghabiskan liburan musim panas mereka berkeliling Asia Tenggara. Mereka mengunjungi Bangkok dan Pantai Pattaya di kota Pattaya; Manila dan Pantai Boracay di Pulau Boracay; dan terakhir mengunjungi Denpasar Bali. Pantai selalu menjadi kecintaan Hana dan Natsumi, karena mereka tumbuh besar di pulau yang dikelilingi pantai.

Bali, adalah tempat liburan yang paling berkesan buat Hana. Di Bali, Hana berkenalan dengan Bagus, seorang Beach-Boy dengan perawakan kekar atletis dan kulit hitam terbakar matahari, rambutnya gondrong agak kasar berwarna kuning. Yang kemudian mewarnai hari-hari liburan Hana di Bali menjadi begitu berkesan. Itulah Hana mulai mengenal lelaki Indonesia, dan Hana menyukainya.

Fenomena beach-boy memang sangat terkenal sebagai daya tarik tersendiri bagi turis wanita, terutama wanita Jepang. Para beach-boy ini akan nongkrong di warung-warung sepanjang pantai, atau di pasir, dengan celana pantai kadang agak melorot, dan akan akan memberikan ‘mata genit’ mereka apabila diperhatikan oleh turis wanita. Mereka akan senang hati menjadi ‘teman liburan’ atau biasa disebut escort, untuk menjadi guide, mengajarkan surfing, memijat, sekedar mengobrol atau ‘jasa lainnya’. Dengan tarif sekian ribu yen tergantung kesepakatan.

Sejak kembali dari liburan di Bali, Hana kemudian mencari cari guru private bahasa Indonesia. Hana ingin sekali bisa berbahasa Indonesia, karena di dalam benaknya, Hana akan kembali lagi ke Indonesia suatu saat nanti.

Boestami adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di Jepang. Dia adalah penerjemah tersumpah atau bersertifikat, dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Jepang dan sebaliknya. Boestami juga adalah seorang guru private bahasa Indonesia untuk orang-orang Jepang di Tokyo. Boestami juga terdaftar di kedutaan Indonesia di Jepang, hingga siapa pun yang melakukan bisnis di Jepang, dan membutuhkan penerjemah profesional, maka nama Boestamilah yang akan dipilih.

“Rumaga” Pak H. Rumaga memperkenalkan dirinya, menyodorkan tangannya.

“Hana” Hana menjawab sambil tersenyum dan menyambut genggaman Pak Rumaga yang kokoh.

Ada percikan yang meletup, ada tegangan listrik yang menyetrum. Tatapan mereka beradu pandang, Hana dan Pak Rumaga hampir lupa melepaskan genggaman salaman perkenalan mereka.

Itulah awal perkenalan Hana dengan Pak Rumaga, seorang pengusaha kayu dari Pulau Borneo, Indonesia. Pak Rumaga sudah lumayan berumur, empat puluhan menjelang lima puluh tahun, perawakan badannya tinggi, gagah dan mukanya ganteng. Mirip-mirip dengan aktor Indonesia di jaman tahun tujuh puluh delapan puluhan, Dicky Zulkarnaen. Pak Rumaga juga sangat gentleman dan lembut, membuat Hana benar-benar jatuh hati.

Photo by Akhdiat Sabari

Dan pada kedatangan Pak Rumaga kedua kalinya ke Jepang, Hana sudah direncanakan untuk diboyong ke Indonesia, dipersunting oleh seorang pengusaha dari Borneo. Hana memantabkan hati, akan membuka lembaran baru di negeri orang, yang sudah dijatuh-cintai sejak beberapa tahun lalu. Pak Rumaga tidak keberatan Hana membawa kedua anak perempuannya. Rencananya, sesampai di Indonesia, Hana akan memeluk agama Islam, dan menikah dengan Pak Rumaga dengan cara Islam.

Namun, sesuatu hal buruk terjadi menjelang keberangkatan Hana ke Indonesia. Kedua anaknya, Haruko dan Yuko, yang memang sedang giliran dengan ayahnya, pada waktunya seharusnya diantarkan kepada Hana, tidak diantarkan. Mereka kabur. Rupanya ayah dari anak-anaknya Hana tidak rela anak-anaknya akan dibawa jauh ke Indonesia, dan kemungkinan tidak akan kembali lagi.

Hana harus memilih, tetap tinggal di Jepang, menjadi ibu bagi kedua anaknya, namun tidak pernah memiliki keluarga seutuhnya, atau ikut kekasih hatinya ke Indonesia, untuk menjadi seorang istri, memiliki keluarga sendiri seutuhnya, dan memiliki martabat.

Hatinya hancur, Hana akhirnya memilih pilihan yang kedua. Hana meninggalkan Jepang, meninggalkan kedua buah hatinya, meninggalkan semua kenangan, dan memulai babak kehidupan yang baru, di Indonesia, negara yang kemudian menjadi negara keduanya. Hana dan Pak Rumaga tidak pernah menceritakan kepada siapa pun mengenai kedua anak Hana yang mereka tinggalkan. Rahasia itu hanya mereka berdua yang mengetahui, dan tersimpan rapat.

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng