Kisah Hana - Episode#3 Impian yang Kandas

 “Hana, kamu rencananya mau kuliah dimana?” tanya Toshiko, sahabat karib Hana

“Hm.. aku mau kuliah hukum, ke Tokyo” jawab Hana        

Itulah sekelumit pembicaraan singkat Hana dengan sahabat karibnya, Toshiko. Mereka adalah siswa SMA di Pulau Oshima, menjelang kelulusan mereka.

Hana adalah gadis yang sangat pandai, senantiasa juara kelas. Hana juga adalah kakak kesayangan bagi adik-adik tirinya, terutama 2 di antaranya, Natsumi dan Tsuneharu, karena kerap mengajari mereka mengerjakan PR-PR mereka. Hana menyayangi mereka dan saudara-saudara tirinya yang lain sebagaimana kakak dan adiknya sendiri. Papa tirinya pun menyayangi Hana seperti anaknya sendiri. Hana kini memiliki keluarga.

Selepas SMA, karena kepandaiannya, Hana diterima di Fakultas Hukum di University of Tokyo. Hana kemudian mengejar impiannya, keluar dari kenyamanannya di rumah sederhana yang hangat di Oshima, pindah ke Tokyo. Sendiri. Tidak banyak siswa SMA di pulau kecil Oshima yang berhasil diterima di kampus bergengsi seperti University of Tokyo.

 Photo by Pinterest - Thomas Clausen

Karena kepandaiannya, di tahun ke-2 kuliah, Hana sudah diangkat oleh salah satu dosennya menjadi asisten dosen. Hana menghabiskan waktu lebih banyak di kampus, untuk membantu dosennya mempersiapkan materi-materi kuliah. Mereka sering menghabiskan waktu berduaan sampai larut malam, di ruang dosennya.

Pak dosen ini, masih cukup muda untuk ukuran dosen pada umumnya, mungkin hanya lebih tua sepuluh sampai dua belas tahun dari Hana, namun sudah berkeluarga. Hana adalah gadis belia yang cantik dan pintar, dan kesepian. Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk kemudian saling tertarik satu sama lain. Dan kemudian, hubungan dosen-mahasiswa di kampus, berlanjut menjadi hubungan asmara di luar kampus. Hana dimabuk asmara.

“Nanti kita ketemu di Balian ya seperti biasa jam 9“ ucap Pak dosen sesaat sebelum mereka meninggalkan kampus sore itu.

“Iyaa..“ sahut Hana sambil berlari-lari kecil menuruni tangga kampus dengan riang gembira, seperti layaknya anak ABG jatuh cinta.

Balian adalah salah satu dari banyak ‘Love Hotel’ yang bertebaran di Tokyo, hotel khusus dewasa. Jepang, seperti juga banyak produk-produk lainnya, selalu memberikan dan menampilkan yang terbaik untuk produk-produk yang mereka jual. Lihat saja bentuk dan kemasan kue-kue kecil yang sangat cantik, sampai kadang kita ‘tidak tega’ untuk memakannya saking cantiknya.  

Love Hotel di Tokyo, juga dikenal dengan short-time hotel di negara-negara lain, dikemas luar biasa menarik, dengan tema-tema tertentu. Bahkan di satu hotel, nuansa kamar-kamarnya berbeda-beda, ada yang seperti di geladak kapal, atau di kamar castle, atau seperti di film kartun. Hotel Balian Resort Shinjuku Island, sangat nyaman dan mudah dijangkau dari stasiun Shinjuku, tepat berada di tengah kota Tokyo, yang dilewati kereta JR (Japan Railways). Dan Belian adalah tempat Hana dan Pak Dosen sering bertemu dan bercumbu.

“Aku hamil…”  kata Hana di suatu kesempatan setelah jam kuliah

“Hah? Lho memang kamu tidak minum pil nya?“ sahut Pak Dosen terkaget

“Sepertinya aku ada lupa minum 1 hari minggu lalu” jawab Hana perlahan sambil tertunduk

Mereka diam dalam keheningan dengan pikiran masing-masing. Pak dosen kemudian memeluk Hana, Hana menangis. Pak dosen membayangkan wajah anak dan istrinya di rumah.

“Besok aku antar kamu gugurkan ya kandungannya” bisik Pak Dosen

Hana tak berkata apa pun, air matanya terus mengalir. Hana kemudian pulang ke kost-an nya dengan perasaan galau.

Keesokan harinya, Hana tidak datang ke klinik aborsi, seperti yang sudah dijanjikan. Hati nurani Hana berontak,

"Aku bukan pembunuh"

"Anak ini tidak bersalah, tidak berdosa" gumam Hana sambil membelai perutnya yang masih rata.

Akhirnya Hana memutuskan untuk tetap mempertahankan anak dalam kandungannya, dan berhenti kuliah. Hana melepaskan impiannya menjadi pengacara, demi jabang bayi, yang sebelum lahir pun sudah disayanginya.

Beberapa tahun kemudian, Hana sudah menjadi ibu bagi 2 anak perempuan.  Pak dosen tetap bertanggung jawab memberikan nafkah dan tempat tinggal bagi Hana dan kedua anak mereka. Namun janji yang senantiasa diucapkan Pak dosen untuk menceraikan istrinya dan membina keluarga sesungguhnya dengan Hana, hanyalah janji-janji tanpa kenyataan.

Hana merenung di suatu malam, sambil memeluk anak-anaknya yang tertidur.

“Sampai kapan aku akan terus menunggu?“ batin Hana.


bersambung



Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng