Bekal Untuk Calon Pengantin #4: Ngobrol Yuk!

Ini salah satu bahasan favorit-ku, "Ngobrol Yuk!", bahasa formalnya, berkomunikasi.  Di setiap masalah yang terjadi dalam semua hubungan, baik pasangan suami istri, calon pasangan, sama pacar, dengan guru, sama teman, orang tua dan anak, dengan keluarga, dengan tetangga, dalam organisasi, di kantor, di pasar, dalam masyarakat, antara pemerintah dengan rakyat, bahkan dengan Sang Maha Pencipta, porsi terbesarnya adalah karena masalah komunikasi....... ulangi: ko.mu.ni.ka.si.

Komunikasi yang baik akan sudah bisa menyelesaikan, mungkin lebih dari 80% masalah, dan selebihnya adalah hal-hal lainnya.  Bahkan Ilmu Komunikasi menjadi salah satu jurusan dalam perkuliahan, yang gelarnya harus disandang dengan menyelesaikan 144-148 SKS, itu perlu 3-4 tahun kuliah untuk menyelesaikannya.  Bayangkan betapa pentingnya komunikasi itu.  Dan kalian yang rencananya akan menikah, coba di cek dulu, apakah kalian sudah belajar berkomunikasi yang baik dengan orang tua? dengan teman? dengan adik/kakak? dengan tetangga? dengan masyarakat?  Kalau sama orang tua aja masih sering berantem, lalu sama adik atau kakak apalagi, eh sama pacar juga...... nah.... pikirkan ulang, apa kira-kira yang akan terjadi setelah kalian menikah?

Untuk itu, yuk kalian simak sedikit tips-tips dalam tulisan ini tentang komunikasi, semoga dapat membantu, tentunya setelah ini rajin dipraktekkan ya...

Aku suka mengutip wikipedia untuk mengetahui arti dari suatu kata, komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi(1) agar terhubung(2) dengan lingkungan atau orang lain. Komunikasi dilakukan bisa secara lisan/verbal dan non verbal(3) (gerak gerik badan, menggeleng, tersenyum, mengangguk, mengangkat bahu, dsb), agar dapat dimengerti(4) kedua belah pihak.

Ada 4 poin penting dalam komunikasi yang aku garis bawahi:
  1. Menggunakan informasi
  2. Agar terhubung
  3. Secara lisan (dan atau non verbal)
  4. Dapat dimengerti
Sebelum dibahas satu persatu, ada suatu cerita yang cukup tragis dari satu pasangan, dimana karena masalah komunikasi ini, mereka nyaris kehilangan belahan jiwa mereka, cinta sejati mereka, dan bahkan dalam prosesnya, banyak sekali air mata bercucuran, di malam-malam yang kelam, dan hanya ditemani keheningan, *hihihi, agak lebay sih, biarin lah, namanya juga cerita :-)

Alkisah, di awal tahun 2014, sekitar bulan Maret, tepatnya 15 Maret, bertemulah pertama kalinya sang gadis dan sang jejaka di suatu kegiatan pelatihan ke-pecinta-alam-an, latihan rafting di danau Situ Gintung, sang gadis adalah yang dilatih, sang jejaka adalah pelatihnya.  Selesai latihan, setelah bertukar nomor BB (waktu itu masih jaman BB), maka dimulailah chit-chat dan berlanjut nonton dan makan bersama, istilahnya nge-date. Tepat 1 bulan kemudian, tanggal 15 April 2014, bersamaan dengan ulang tahun ke 17 sweet seventeen sang gadis, di gunung Cikurai, sang perjaka menyatakan cintanya dan mereka menjadi sepasang kekasih.

Singkat cerita, mereka menjalani proses pacaran sampai sekitar 1th lebih, sampai sang gadis harus pindah ke kota lain karena meneruskan kuliah, dan mereka menjalin hubungan jarak jauh, LDR (long distance relationship). Sekitar bulan ke 2 LDR, tiba-tiba sang gadis yang awalnya tampak begitu sayang sama sang jejaka, jadi merasa jarak yang memisahkan, juga memisahkan "hati" mereka.  Dan kemudian, saat ada seseorang baru yang mendekati sang gadis, kakak senior di kampus, sepertinya bisa "mengalahkan" 1.5th hubungan yang telah dijalankan.

Di suatu sabtu, di akhir Agustus 2015 saat sang perjaka datang ke Bandung, meluangkan waktu libur sempitnya yang cuma sehari untuk mengunjungi, tiba-tiba sang gadis meminta putus, tiada angin, tiada hujan.  Bagai tersambar petir, sang perjaka hanya terdiam, kaget, dan langsung pergi meninggalkan sang gadis begitu saja, tanpa berbicara sepatah katapun.  Sang gadis pun terdiam, berharap ada ucapan-ucapan tanya, ada pembicaraan serius membahas hubungan mereka, namun ditinggalkan dalam diam, membuat sang gadis makin yakin, bahwa sang perjaka "tidak benar-benar mencintainya".  Malam itu, dan malam malam setelahnya, keduanya menangis, dalam sedih, dalam tanya yang tidak terjawab, dalam sakit yang teramat dalam, dalam pikiran masing-masing.

Apa yang terjadi?

Kakak senior di kampus yang pedekate dengan bahasa gombalnya, bukanlah penyebab utama. Jauhnya jarak yang cuma 120km, yang bisa ditempuh dalam 3-4 jam berkendara atau menggunakan travel, bukanlah penyebab utama. Lunturnya kasih sayang dan rasa cinta di antara keduanya, bahkan bukan alasannya. Karena keduanya masih saling menyayangi dengan tulus.  Terus kenapa?

Ternyata biang keladinya adalah komunikasi.  Komunikasi di antara keduanya, yang tadinya mereka berdua pikir baik-baik saja, ternyata tidak baik-baik saja. Ada yang tidak tersampaikan, ada yang tidak diungkapkan, ada yang hanya dirasakan di hati, dipikirkan di otak, namun tidak disalurkan melalui mulut dengan komunikasi, dengan berbicara dari hati ke hati, dengan bicara blak-blak-an.

1.5th lho, hubungan sudah dijalankan, sudah berusaha lebih saling mengenal satu dengan yang lain, saling menyayangi, saling menghormati, ternyata tidak cukup, tanpa komunikasi yang mendalam satu sama lain.

Sang jejaka besar dalam lingkungan yang cukup keras, sehingga baginya perasaan adalah nomor sekian, perasaan tidak perlu harus selalu diungkapkan, perasaan hanyalah milik wanita. Laki-laki urusannya action, yang penting melakukan, membuktikan, bilapun ada masalah diselesaikan sendiri, mau berdarah-darah, mau jungkir balik ya harus diselesaikan sendiri, dengan caranya sendiri. Bantuan orang lain adalah bentuk kelemahan, bantuan orang lain lebih banyak yang pamrih dan tidak tulus.  Selalu dalam keadaan waspada, alert, dan selalu survival mode on, lengah, urusannya mati.

Sang gadis, besar dalam keluarga yang hangat dan terbiasa semua persoalan dibicarakan.  Terbiasa semua hal ada, terbiasa hidup "enak", dan tidak ada hal yang terlalu sulit/keras.  Walaupun ada beberapa persoalan tentunya, selalu ada keluarga yang mendukung, ada sahabat-sahabat yang menemani.  Walaupun kadang ada kesulitan dalam ber-adaptasi, namun overall, sang gadis memiliki masa kecil dan remaja yang relative aman dan terbuka, sehingga kadang suka berfikiran "terlalu" positif.

Dari kacamata orang luar yang mengenal kedua orang ini, sang jejaka dan sang gadis, sudah sama-sama cocok tampaknya, sang gadis adalah tipe yang disukai sang jejaka, gadis pintar (smart) yang tidak manja dan bisa independent, cantik, lucu jenaka kadang kekanak-kanakan dan aggresive, bisa jadi partner, bisa diajak diskusi, menyenangkan namun kuat, menyukai kegiatan di alam bebas, dan memiliki karakter kuat.  Sementara sang jejaka pun adalah tipe yang disukai sang gadis, jejaka yang lebih kuat dan sangat manly (jantan, cowok bangets), bisa melindungi, pintar (smart), tidak letoi kelemer-kelemer, bertanggung jawab, ganteng tentunya, bisa diajak diskusi, bisa "mengatasi" sang gadis yang keras, suka kegiatan di alam bebas, dan bisa menjadi shoulder to cry on, bisa diandalkan. Klop! Cucok!

Namun, ternyata 1.5th di umur perjalanan hubungan pacaran mereka, ada prahara, ada badai.  Saat itu, bukan hanya mereka berdua yang hatinya patah dan sedih mendalam, namun semua orang-orang di lingkungan mereka-pun patah hatinya dan sedih mendalam, menangis berhari hari, dan setiap harinya adalah rasa sakit yang teramat.

Setelah dilakukan analisa mendalam, ternyata penyebab utamanya adalah komunikasi.  Jadi dalam 1.5th perjalanan itu, sang gadis yang sudah merasa menyayangi sepenuh hati, berusaha keras mengerti keadaan sang perjaka yang sulit ditembus hatinya, berusaha sabar dan menunggu sang jejaka membuka hatinya dan hangat, sampai pada kesimpulan, dia tidak sanggup, ingin menyerah saja.  Dan komunikasi yang coba dibangun sang gadis, rasanya mental terus.  Tapi....perasaan itu tidak dikomunikasikan, tidak disampaikan, hanya asumsi-asumsi dibangun dalam pikirannya sendiri.

Sementara di sisi lain, sang jejaka yang sebelumnya tidak pernah menemukan gadis seperti itu, padahal sudah berkali-kali pacaran-putus dengan banyak gadis, yang awalnya sudah beberapa kali maju mundur cantik kayak Syahrini, menemukan bahwa inilah gadis yang dia inginkan, gadis yang akan menjadi seseorang yang penting dalam hidupnya, yang bisa memberikan kesejukan dalam keringnya hidupnya, yang memberikan warna dan kebahagiaan, di antara kerasnya lingkungan dan hidupnya. Tapi....perasaan itu tidak dikomunikasikan, tidak disampaikan, hanya asumsi-asumsi dibangun dalam pikirannya sendiri.

Sampai puncaknya, kejadian akhir Agustus 2015. Gelegar! Seperti petir memekakkan telinga, begitulah kejadian itu "membangunkan" dan "menyadarkan" keduanya!  Membutuhkan waktu...hm....2-3 minggu, untuk sang jejaka akhirnya memutuskan dia harus bi.ca.ra blak-blakan dengan sang gadis, terserahlah mau setelah itu mereka akan jalan masing-masing, yang penting sudah bicara, sudah komunikasi.

Dan memang Allah punya cara sendiri untuk memisahkan atau mempersatukan satu pasangan. Setelah berbicara mendalam dari hati ke hati, marah-marah berdua, nangis-nangisan berdua, teriak-teriak, mengeluarkan semua perasaan yang selama ini hanya disimpan di hati, ga ada jaim-jaim lagi, lepas, keluar semua..........ternyata benar saja, mereka akhirnya bisa lebih mengerti satu sama lain, dan memulai kembali hubungan yang jauh lebih baik, lebih dekat, dan lebih terbuka.  Karena memang sesungguhnya mereka berdua tidak pernah berhenti saling menyayangi sejak awal. Dan hingga kini, sudah berjalan hampir 3th hubungan mereka, makin erat, makin mantab menuju jenjang pernikahan....Amin....

Itu pentingnya komunikasi. Ngobrol, beneran bicara.

Kembali ke teori komunikasi ya kalian para calon pengantin. Inget tadi ada 4 poin penting dalam komunikasi yang aku garis bawahi: 1. Menggunakan informasi, 2. Agar terhubung, 3. Secara lisan (dan atau non verbal), 4. Dapat dimengerti.

Menggunakan informasi
Bila berbicara atau berkomunikasi, biasakan menggunakan informasi faktual, data, bukan gosip, bukan katanya, kalaupun gosip ya niatnya dibicarakan untuk dicari kebenarannya, bukan menuduh dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang belum tentu benar.

Agar terhubung
Komunikasi mesti diniatkan untuk membangun hubungan, agar terhubung, bukan cuma nyuruh-nyuruh (ini penyakit para orang tua biasanya), ngelarang-ngelarang, ngomel-ngomel.  Bicara dengan baik, untuk membangun hubungan yang baik.

Sercara lisan (dan atau non verbal)
Komunikasi bisa dilakukan dengan berbicara atau dengan bahasa lain (bahasa tubuh: anggukan, gelengan, mengangkat bahu, dsb).  Verbal dan non verbal, keduanya harus digunakan secara maksimal, jangan berasumsi seperti ini, "Ah, ga perlu diomongin kan aku sayang sama dia, buktinya aku ga selingkuh dan masih rajin ngapelin". Salah oom! Kecuali kalian pacaran sama paranormal yang bisa membaca pikiran, perasaan harus diomongin, disampaikan, dibicarakan. Se-aneh apapun rasanya bagi yang tidak biasa, biasakan! Katakan apa yang ingin kalian katakan, manis ataupun pahit. Gunakan non verbal/bahasa tubuh untuk membantu menyampaikan maksudnya. Misalnya kalau kalian mendengarkan sang calon pasangan, usahakan tubuh condong ke depan, memperhatikan, mata menatap, bukan sambil main gadget/hp, itu bahasa-bahasa tubuh yang baik untuk mendukung maksud komunikasinya.

Dapat dimengerti
Nah, ini penting juga. Bahkan 2 orang yang berbicara dengan bahasa yang samapun, bisa salah mengerti.  Kadang bahasa di email/sms/ketikan akan beda dengan bahasa berbicara langsung. Pastikan bahwa maksud kalian tersampaikan dan dimengerti, untuk menghindari salah paham, miskom (miss-communication). Miskom itu berbahaya sekali lho, bisa membuat pasangan suami-istri bercerai, bisa membuat seorang karyawan dipecat, bisa membuat huru-hara, bisa membuat perang dunia bahkan. Hati-hati dengan miskom, dan untuk menghindarinya, gunakan cara-cara komunikasi yang dapat dimengerti.

Ok ya? Ngobrol itu penting.....yang berbobot dan berkualitas. Yang ringan juga penting buat hiburan, yang sepertinya ga terlalu penting seperti memberi salam, akan menjadi penting artinya untuk membuat kalian lebih ramah dan membuka pembicaraan.  Biasakan menyapa, memberi salam, berpamitan, berbicara yang baik, berkomunikasi, memeluk, mencium, dan semua bentuk komunikasi yang proper (pantas) dan proporsional, akan membuat hubungan kalian lebih kuat, lebih baik dan lebih menyenangkan.

Selamat ngobrol!

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng