Bekal Untuk Calon Pengantin #1: Runaway Bride - Cocok atau Dicocok-cocok-an

Anak gadis-ku, yang sebentar lagi menginjak usia 20th, sudah merencanakan mengakhiri masa lajangnya, alias menikah sebelum menginjak usia 22th, artinya tinggal 2 tahun lagi, karena memang sudah merasa menemukan "the one", seseorang yang sudah diyakini akan bisa menemaninya sampai akhir hayatnya, mengarungi lautan kehidupan dalam bahtera rumah tangga bersamanya, selamanya, Insya Allah.

Saya dan suami, sudah menjalani hampir 22th usia pernikahan, sudah sedikit lebih berpengalaman tentunya.  Nah, saya akan menuliskan suatu serial, entah sampai seri ke berapa, sebagai bekal bagi anandaku dan calon suaminya yang akan memasuki hutan belantara yang disebut pernikahan, dengan sharing pengalaman pribadi, dari pengalaman orang lain, ataupun dari referensi-referensi lain.

Serial ini berjudul "Bekal Untuk Calon Pengantin".
Dan seri #1 ini adalah Runaway Bride - Cocok atau Dicocok-cocok-an

Karena aku pecinta film, untuk serial pertama ini, aku mau mengambil cerita "Runaway Bride", film akhir tahun 1999 yang box office yang dibintangi oleh Julia Robert dan Richard Gere.  Film ini mengisahkan Maggie, gadis cantik periang yang 3x melarikan diri di hari H pernikahannya dan kemudian masuk tabloid dengan sebutan "Runaway Bride". Sedangkan Ike adalah kolumnis yang menerbitkan artikel tentang Runaway Bride yang kemudian dipecat, karena ada beberapa kesalahan sumber data dalam artikelnya, dan berniat untuk menyelidiki lebih dalam untuk memperbaiki artikelnya langsung dari sumbernya.  Dalam prosesnya Ike menjadi dekat dengan Maggie karena berhasil mengajak Maggie untuk menjadi bagian dari proyeknya dan dapat mengamati kehidupan Maggie dari dekat, di saat Maggie sedang mempersiapkan pernikahannya dengan pria ke-4.

Hasil dari penelitian Ike, Ike kemudian menyimpulkan bahwa alasan mengapa Maggie selalu berakhir "kabur" di hari H pernikahannya, padahal selama berpacaran dengan para pria itu terlihat cocok, serasi dan masing-masing yakin akan melanjutkan ke jenjang pernikahan, adalah karena Maggie tidak bisa menjadi dirinya sendiri saat menjalin hubungan dengan para pria.  Di film itu digambarkan, bahkan Maggie tidak mengetahui bagaimana telor dimasak yang disukainya, apakah diceplok, didadar, diorak-arik, atau direbus, karena Maggie selalu mengikuti apa yang disukai pria-pria yang dekat dengannya.  Misalnya dengan si A yang suka telor didadar, maka Maggie akan mengatakan dia suka telor didadar, kemudian dengan si B yang suka telor diorak-arik, Maggie akan mengatakan dia suka telor yang diorak-arik.  Dan bukan hanya soal itu, kemudian jadi merembet ke hal-hal lain, hobby, kebiasaan, kesukaan, dsb, sehingga para pria yang dekat dengan Maggie selalu merasa mereka cocok dengan banyaknya kesamaan antara Maggie dan pria itu.  Namun sebenarnya itu bukan karakter Maggie yang sebenarnya, yang apa adanya, sehingga saat sudah merencanakan pernikahan, Maggie akan tersadar sesaat sebelum prosesi pernikahan, bahwa dia sebenarnya tidak cocok dengan pria itu dan kemudian kabur, melarikan diri.

Bahkan Maggie, digambarkan akhirnya tetap kabur dari rencana pernikahan ke-5 nya bersama Ike, walaupun Ike sudah mengetahui/mengenal Maggie apa adanya, adalah karena Maggie sendiri merasa tidak mengenal dirinya, tidak mengetahui apa yang diinginkannya dan menjadi bingung sendiri, apakah benar dia ingin menikah dengan Ike.  Walaupun kemudian akhirnya Maggie tetap jadi menikah dengan Ike, tetapi setelah Maggie menjalani proses pengenalan dirinya sendiri, dan mengerti apa yang diinginkannya, sehingga mengerti pria seperti apa yang diinginkannya dan bagaimana pola hubungan berpasangan yang diinginkannya.

Pelajaran pertama bagi calon pengantin nih, pastikan bahwa kalian sudah menjadi diri kalian sendiri saat menjalin hubungan dengan seseorang, bukan menjadi imitasi, bukan jaim, jaga image, bukan menjadi seseorang yang kalian pikir akan disukai calon pasangan, bukan menjadi seseorang yang kalian buat-buat agar tampak cocok dengan calon pasangan, bukan menjadi seseorang yang sempurna di mata calon pasangan dan bukan menjadi seseorang yang bukan kalian.

Mengapa? Karena kepura-puraan itu hanya akan bertahan sebentar, imitasi itu suatu saat akan terhapus "emasnya" dan akan muncul tembaga aslinya, karena berpura-pura atau dicocok-cocok-an akan mencapai titik jenuh, dan suatu saat akan bosan, dan kembali ke bentuk asalnya.  Padahal pernikahan bukan cuma diniatkan 1-2th kan?  Apabila suatu hubungan dimulai dengan kepura-puraan, dicocok-cocok-an awalnya, maka akan besar kemungkinan saat salah satu pihak atau keduanya mulai menjadi diri sendiri, maka akan terjadi pergesekan baru, dan bisa jadi pergesekan itu dapat diperbaiki, bisa jadi pergesekan itu akan memakan waktu penyesuaian ulang, bisa jadi pergesekan itu mengakitbatkan kalian mencari "kecocokan" lain di luar pernikahan kalian, itulah awal bencana, atau kemudian berakhir dengan perceraian.

Menjadi diri sendiri, beda konotasinya dengan egois ya? "Pokoknya gue begini, terserah loe mau nerima ato gak? Pokoknya gue gamau berubah!" Itu egois.  Membicarakan egois nanti ya di serial berikut-berikutnya.

Jadi pesannya, jadilah diri sendiri, apa adanya, kalo kalian sukanya telor diceplok, ya katakan pada calon pasangan kalian, kalian suka telor diceplok.  Sang calon pasangan juga, melakukan hal yang sama.  Dan baru kemudian kalian berdua bisa menentukan, apakah kalian akan menjadi pasangan yang cocok atau tidak dalam hubungan jangka panjang.

Kalian bisa belajar menerima kekurangan atau perbedaan dari calon pasangan, tapi dengan standar tertentu yang kalian sendiri mengerti bahwa kalian akan menerima keadaan apa adanya itu selamanya.  Jangan waktu pacaran bilangnya, "Gapapa kok kamu makan belepotan, aku menerima kamu apa adanya", setelah menikah jadi pasangan hidup, terus marah-marah ngomel-ngomel "Makan kok belepotan! malu-maluin aja!" Nah lho...... kalo kalian ga suka banget calon pasangan kalian makan belepotan, ya jangan dinikah dan berfikir bahwa kalian akan berusaha merubahnya saat sudah menikah. Salah besar! Mending kalian cari calon pasangan yang makannya rapi.

Tapi, semakin banyak standar yang kalian buat untuk calon pasangan kalian nanti, maka bersiap-siap untuk lebih susah menemukan calon pasangan hidup, karena kalaupun seseorang itu memenuhi kriteria kalian, belum tentu seseorang tersebut mau kan sama kalian?

Kemudian, pastikan (ini nih yang susah), bahwa calon pasangan kalian-pun sudah menjadi dirinya sendiri, bukan berpura-pura di depan kalian.  Sehingga dalam mengambil keputusan apakah kalian merasa cocok dan akan mengambil langkah berikutnya, berdasarkan data dan informasi yang benar, yang sebenarnya, apa adanya, bukan seseorang yang saat kemudian kelihatan aslinya, adalah bukan seseorang yang kalian inginkan menjadi pasangan hidup kalian.  Celakanya lagi, bila itu terjadi setelah beberapa tahun menikah.  Lebih baik mengetahui ketidak-cocokan pada saat sebelum memutuskan menikah, dan berani untuk memutuskan hubungan, ketimbang mengetahuinya nanti setelah menikah, dan harus belajar menerima dengan berat hati, atau kemudian jadi tidak menghargai hubungan karena tidak ada saling menghormati antara pasangan.

Tips dari Almarhum Mama (yang sayangnya tidak sempat aku praktekkan sendiri sebelum menikah) untuk dilakukan sebelum mengambil keputusan menikah dengan seseorang:
  • Kalian harus mengalami dan mengetahui bagaimana calon pasangan kita marah, semarah-marahnya, saat itulah watak asli seseorang akan terlihat, apakah dia kasar, ataukah bisa marah dengan konstruktif.  Pengalaman marah, baik untuk mengetahui apakah kalian bisa mengatasi kemarahan calon pasangan dan bisa mencari solusi dari perselisihan yang terjadi.  Apabila kalian mengalami kekasaran saat calon pasangan kalian marah, segera tinggalkan! Karena menurut survey dan banyak pengalaman orang, bicara dan perlakuan kasar saat marah, akan lebih parah saat sudah menikah, berlaku bagi pria dan wanita.
  • Kalian harus mengalami perjalanan panjang yang sangat melelahkan bersama. Karena saat kalian mengalami kelelahan, maka watak asli seseorang akan terlihat, apakah dia egois hanya mementingkan diri sendiri, atau dia dalam kelelahan tetap bisa rasional dan melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan.  Apakah dia gentle, sesungguhnya gentle, bukan sekedar membukakan pintu buat calon pasangannya saat makan malam (sok) mewah, tetapi yang tidak meninggalkan calon pasangannya saat perahunya akan tenggelam.
Nah, bagaimana?

Sudah di cek lagi apakah kalian benar-benar cocok dengan calon pasangan kalian? Cocok artinya kalian berdua sudah menjadi seseorang yang apa adanya di depan pasangan, dan kalian berdua merasa nyaman dengan ke-apa-ada-nya masing-masing. 

Tidak ada salahnya mundur dulu selangkah untuk melihat apakah kalian benar-benar cocok, saat bara gelora cinta sudah tidak berapi-api, dan pertimbangkan ulang, benarkah kalian sudah merasa cocok satu sama lain?  Atau selama ini hanya berusaha dicocok-cocokkan?

Bila jawabannya mantab, Iya! Selamat! Kalian sudah menemukan "the one".

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng