Bekal Untuk Calon Pengantin #3: Pacaran Setia? atau Menikah Setia?

Ini adalah tulisan ke-3 dari serial Bekal Untuk Calon Pengantin, mengenai Pacaran Setia? atau Menikah Setia?

Hm....hayoo....mau pilih mana?

Banyak sekali kalian dengar dari mana mana, kalimat, "Ngapain pacaran aja mesti setia? Ntar aja setia-nya kalau sudah menikah! Pacaran itu waktunya untuk memilih-milih, jadi ga usah setia-setia amat! Rugi-lah masih muda...." Bahkan, Oom Y yang di rumah saja mengatakan hal itu kepada anak-anak, yang mana beda prinsip sama aku, Ibundanya anak-anak :-)

Apa sih setia itu?

Kalau menurut KBBI (Kamus Besar Bahassa Indonesia), setia artinya:
  1. Berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya); patuh; taat
  2. Tetap dan teguh hati (dalam persahabatan, hubungan, dan sebagainya)
Kalau menurut aku, dalam suatu hubungan antara 2 manusia, baik pacaran ataupun suami istri, setia artinya tidak melakukan hal-hal yang akan menyakiti pasangannya (dengan standar normal, tidak berlaku untuk pasangan yang luar biasa cemburuan), tidak menjalin hubungan dan membuat komitmen dengan orang lain (dalam konteks asmara), tidak melakukan kontak fisik yang tidak dapat ditoleransi oleh pasangan, dan tidak menghabiskan lebih banyak waktu luang dengan orang lain, atau kegiatan lain, secara berlebihan.

Setia, berhubungan dengan komitmen.  Apabila sudah dibuat suatu komitmen, dan disepakati kedua pihak, maka melanggar komitmen itu menjadikan pelanggaran atau pengkhiatan terhadap kesetiaan.  

Ada pasangan yang memang punya komitmen unik, dan aku pernah bertemu dengan pasangan itu. Mereka suami istri, tinggal serumah, anak anak mereka sudah besar-besar dan sudah punya kehidupan masing-masing.  Mereka berkomitmen untuk membolehkan masing-masing dari mereka memiliki "pacar".  Jadilah, sang suami punya "pacar" wanita lain dan sang istri punya "pacar" pria lain.  Sang pacar-pacar itu kadang datang ke rumah, dan nge-date dengan pasangannya, ijin ke sang suami atau sang istri seperti layaknya ijin ke orang tua, atau kakak.....Mereka tetap hidup selayaknya suami istri, lumayan rukun, datang ke acara-acara, mengadakan keriaan di rumah mereka bersama teman-teman mereka. #asli aku tepok jidat mengenal mereka.  

Bagi mereka, setia adalah saat mereka berdua tetap berpegang pada komitmen yang mereka sepakati bersama, seaneh apapun itu dianggap oleh orang lain atau pasangan lain.

Mungkin ada pasangan lain yang punya kesepakatan berbeda, sang istri mengijinkan suaminya "bermain di luar", asalkan "botolnya balik", yang penting ga pake hati, ga dinikahin.  Mungkin ada pasangan lain yang punya kesepakatan berbeda lagi, dan itu adalah hak masing-masing pasanga bagaimana mereka mau menjalani hubungan yang mereka jalankan bersama.

Yang repot adalah, kalau komunikasi diantara calon pasangan, diantara pasangan, tidak baik, tidak jalan dan tidak efektif.  Alhasil, masing-masing punya persepsi yang berbeda tentang nilai kesetiaan dan tidak dikomunikasikan.  

Sebut saja namanya Mawar, pacarnya bernama Kumbang.  Di suatu malam minggu, Kumbang apel, dan Mawar ngambek.  Ternyata Mawar ngambek, karena Kumbang menerima sms dari teman wanitanya, yang membicarakan urusan kuliah, tentang makalah.  Mawar menangis, "kamu jahat! kamu tidak setia!", padahal dibalaspun tidak. Dan Kumbang terjatuh dari kursi, gubrak! Apakah menerima sms dari teman lawan jenis termasuk melanggar kesetiaan? Apabila sudah disepakati bersama, dan kedua pihak setuju, maka bisa jadi menerima sms dari teman lawan jenis termasuk melanggar kesetiaan. Dan Kumbang mesti menghormati kesepakatan itu.  Bila tidak sepakat, ya dibicarakan apa yang disepakati, sehingga jelas batasan-batasannya.

Kesetiaan, adalah satu nilai, yang kebetulan buat aku, tinggi sekali nilainya.  Saat komitmen sudah dibuat dan disepakati bersama, maka menjaganya sampai tetes darah penghabisan adalah keharusan. Bila dirasakan susah menjaga kesepakatan itu, maka bicarakan, buat kesepakatan baru.  Itu prinsip hidup yang diwariskan Alm. Mama, yang aku (dan adikku) pegang teguh, yang kemudian aku ajarkan pada anak-anak.

Mau pacaran, mau menikah, mau persahabatan, mau perjanjian bisnis, mau urusan apapun, apabila kesepakatan sudah dibuat, disetujui, maka komitmen adalah harganya.  Melanggar kesepakatan itu, maka rendahlah nilai diriku, maka harakiri aja lebih terhormat.......hehe :-).  Dan karena aku adalah manusia biasa yang penuh dengan lalai, maka yang aku lakukan adalah saat sudah sulit menjaga kesepakatan dengan orang lain, maka akan dibicarakan dan diperbaharui kesepakatannya.

Dan buat kalian, para calon pengantin, baik yang sudah punya pasangan ataupun pasangannya masih disembunyikan Tuhan, belajarlah untuk membuat nilai diri kalian tinggi, dengan belajar untuk setia pada komitmen.  Belajarlah untuk menghormati komitmen dan calon pasangan kalian.

Bila setelah menjalani suatu hubungan dengan seseorang, kayaknya kok kurang sreg ya? Eh, ada rumput tetangga lebih hijau, dan kedip-kedip sama kalian, terus kalian merasa ser-ser-an... ya gapapa, itu normal.  Nikmati aja ser-ser nya sendiri, jangan lakukan tindakan apapun.  Diem-diem di kamar, berfikir, merenung.  Timbang-timbang lagi, aku masih mau meneruskan hubungan dengan pacarku ini gak ya? Cek lagi tulisan #2 tentang Berani Putus, apakah sang pacar ini membuat kalian lebih baik atau gak? Masih adakah percik-percik kasih sayang di hati kalian.

Kalau kalian berat ke pacar, mau meneruskan, berarti perbaiki hubungan dengan pacar, lakukan komunikasi yang baik dan konstruktif, lupakan rumput tetangga yang hijau menggoda itu.  Bila setelah direnungi, kayaknya rumput tetangga memang lebih baik, dan pastikan bukan milik orang lain, maka selesaikan urusan kalian dengan sang pacar, putus baik baik.  Baru deh meneruskan kedip-kedip sama rumput, eh........sama seseorang yang baru.

Selesaikan satu urusan, baru mulai urusan baru.  Jangan lakukan hubungan baru, overlap dengan hubungan yang sudah ada, APAPUN alasannya. Apapun alasannya! Tidak ada satu alasanpun yang dapat membuat pembenaran atas pengkhianatan.  Pengkhianatan adalah pengkhianatan. Titik.

Calon pasangan atau pasangan kalian membuat komitmen dengan kalian, dan lalu membuat komitmen lain dengan orang lain? Buru-buru lari seribu langkah! Tinggalkan! Si dia sangat tidak layak menjadi pasanganmu, tidak punya prinsip. Memalukan!

Jadi, anak-anakku semua tercinta, apakah pacaran setia? atau menikah setia? jawabannya, ya itu bukan pilihan. Setia ya setia, mau pacaran, mau nikah apalagi.  Bedanya, kalo pacaran masih mudah putus, kalau sudah menikah ya mesti menjalani proses perceraian, lebih ribet.

Kecuali komitmen yang dibuat dengan calon pasangan, termasuk komitmen boleh pacaran lagi dengan orang lain, diijinkan istilahnya, ya gapapa....silakan.

Gitu ya Calon Pengantin? Belajarlah setia pada komitmen, maka kalian akan sangat dihargai pasanganmu. Ga setia? Ke laut aja......!!

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng