Selamat Tinggal Tahun 2016 dan Selamat Datang Tahun 2017

4 hari lagi 2016 berakhir sudah.

Apa ya yang terjadi dalam hidupku di 2016 ini?

2016, diawali dengan "musibah", aku kena PHK.  19 Januari 2016, aku di PHK dari PT Lafarge Cement Indonesia (LCI), dalam proses merger dengan PT Holcim Indonesia, dan berganti nama menjadi LafargeHolcim Indonesia.  Aku masih ingat bagaimana aku sudah merasa galau sejak akhir 2015, dimana sudah beredar kabar bahwa hanya 1 division head (kepala divisi) yang akan dipilih saat sudah merger. Dan ternyata memang kejadian, untuk divisi pajak, yang terpilih adalah Tax Manager dari Holcim, Alfi.  Waktu itu aku sedih sekali, sekaligus khawatir, karena aku adalah tulang punggung keluarga, dimana anak-anakku masih membutuhkan banyak biaya untuk studi mereka.

Alhamdulillah, ternyata musibah menjadi rejeki buatku.  Dari puluhan CV yang aku sebar, aku memperoleh pekerjaan baru di PT Frisian Flag Indonesia (FFI), perusahaan yang lebih besar dari LCI, bahkan 3 bulan sebelum akhir waktuku di LCI.  Dengan sedikit pesangon yang aku terima, aku bisa melunasi KPR, KPM dan KTA, sekaligus bisa memiliki uang muka buat KPM mobil Aisyah. Alhamdulillah.

Mei 2016, aku memulai karir/pekerjaanku di FFI, salah satu perusahaan susu tertua dan terbesar di Indonesia, dengan suasana kerja yang kekeluargaan dan menyenangkan, bos yang ganteng dan baik, dan pekerjaan yang cukup menantang namun tetap memiliki waktu untuk keluarga dan kehidupan sosial.

Juli 2016, Almas melanjutkan studi SMA di Bandung, diterima di SMA 20 Bandung, melalui proses PSB (Penerimaan Siswa Baru) dengan kuota luar kota (10%) karena berasal dari SMP di luar Bandung.  Alhamdulillah Almas bisa bersaing dengan pelajar-pelajar lain dan diterima di SMA Negeri pilihan ke-2. Kenapa ke Bandung?  Karena pilihannya mau melanjutkan SMA ke Jakarta atau ke Bandung, ke kota, maklum kami tinggal di luar kota, di kabupaten Bogor, di pinggiran.

Di Bandung, ada Aisyah, kakaknya yang sudah 1 tahun kuliah di FH Unpad. Jadi sekalian kita ngontrak rumah sederhana buat tempat tinggal anak-anak selama studi di Bandung, kebetulan juga ada keponakan yang juga kuliah di Bandung dan ikut tinggal bersama.  Jadilah hampir setiap week-end, aku bolak balik Jakarta-Bandung, untuk bertemu anak-anak, atau anak-anak yang ke Jakarta/Jonggol.

Yoga, ayahnya anak-anak, sepertinya jadi kurang betah tinggal di rumah Jonggol sendirian selama week-day, karena aku kost di Jakarta, dekat kantor, jadilah Yoga lebih sering menghabiskan waktu di Sukabumi, katanya akan memulai suatu usaha.

Kita sekeluarga ber-4, ayah ibu dan 2 anak, dengan 4 tempat tinggal, Jakarta-Bandung-Bogor/Jonggol-Sukabumi, karena tuntutan pekerjaan dan studi.  Namun sebisa mungkin diusahakan bertemu setiap week-end, untuk menghabiskan waktu bersama, family time.

Di tahun 2016 ini, Aisyah yang sudah berpacaran hampir 3th dengan Tias, memantapkan hati dan memutuskan untuk menjalin hubungan serius menuju pelaminan bersama Tias. Insya Allah, rencananya akan menikah dalam 2th lagi, akhir 2018 atau awal 2019, bila Allah mengijinkan.  Tias, 4th lebih tua dari Aisyah, anak yang baik dan bertanggung jawab, memiliki hobby yang sama dengan Aisyah (pecinta alam dan suka kegiatan alam dan kegiatan outdoor) dan bisa membuat Aisyah bahagia. Sudah memiliki pekerjaan sebagai anggota Polisi Brimob Gegana (Satuan 1 Gegana Polda Metro Jaya), agak "serem" sih, biasa berurusan sama teroris, tetapi selama berhubungan sama Aisyah dan kelihatannya, anaknya gentle kok.  Sepertinya mereka berdua cocok satu sama lain, saling menjaga dan saling sayang, semoga saja mereka sampai ke jenjang pernikahan.  Namanya orang tua, ya mendoakan yang terbaik aja.

Oktober 2016, akhirnya aku memperoleh Kartu Ijin Praktek Konsultan Pajakku (dari Dirjen Pajak Kementrian Keuangan), yang semestinya bisa aku urus sejak lulus USKP (Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak) di tahun 2015, namun baru sempat dilakukan. Aku sudah bisa membuka kantor konsultan pajak dengan memiliki Nomor Kartu Ijin Praktik tersebut, sudah bisa mewakili perusahaan untuk mewakili sebagai pengacara pajak di pengadilan pajak. Alhamdulillah.

November 2016, menjelang umurku yang ke 46th, aku di-diagnosa OA (Osteo-Arthritis) Genu Bilateral stadium 2 ke 3, oleh dokter ahli tulang.  Osteo-arthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya, meskitpun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan, yaitu usia lanjut, kelebihan berat badan, jenis kelamin wanita, orang Asia, dan turunan/genetik.

Mudahnya, tulang rawan di kedua sendi lutut-ku sudah "habis" hampir separo, sehingga menyebabkan nyeri saat naik/turun tangga, tidak bisa berlari, jalan jauh, ataupun melipat lutut (jongkok atau duduk melipat lutut - seperti duduk di antara 2 sujud dalam sholat).  Penyakit ini tidak ada obatnya, dan tidak bisa disembuhkan, yang bisa aku lakukan hanyalah memperlambat proses degeneratifnya dengan mengurangi berat badan, mengurangi aktifitas yang menggunakan lutut, dan olah raga yang memperkuat otot kaki (berenang dan bersepeda).  Diharapkan proses sampai stadium 4 bisa diperlambat selambat mungkin, karena saat sudah stadium 4, aku harus menjalani operasi penggantian sendi lutut agar bisa berjalan, yang katanya sakitnya dan biayanya luar biasa.

Sedih, khawatir, dan berbagai perasaan berkecamuk, namun, apa yang bisa dilakukan kecuali menerima dan pasrah dan melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan.  Aku mulai merubah pola makanku dengan mengurangi asupan karbohidrat dan gula, dan mulai rutin berolah raga berenang. Baik juga bagi penyakitku yang lain, hipertensi, yang memang terkontrol karena aku rajin cek secara berkala ke dokter jantung.  Ada sedikit fatty lever dan fatty heart, namun insya allah semua terkontrol.

Dokter perusahaan di FFI, panggilannya Dr. Wi, sudah sepuh namun tampak sehat, berwajah teduh, bertutur bahasa lembut, dan sangat baik, pernah mengatakan kepadaku, saat aku mengeluhkan kekhawatiranku tentang berbagai penyakit yang aku derita, "Bu, ada pepatah Belanda yang mengatakan, bahwa alat pemotong rumput yang walaupun sudah tua, namun selalu dirawat, akan lebih tahan lama, dibandingkan pemotong rumput baru yang tidak terawat".  Maksudnya, banyak orang yang tampaknya dan merasa selalu sehat, dan tidak pernah memeriksakan kesehatannya, punya resiko yang lebih besar dibandingkan orang yang memiliki berbagai penyakit/kondisi yang diketahui, dan selalu diperiksakan dan dijaga.  Perkataan yang sungguh menyejukkan.

Aku memang tidak mengetahui umurku sampai berapa, Ayahanda almarhum umurnya 49th, meninggal karena stroke, dengan perbandingan itu, mungkin saja umurku tinggal 3th lagi.  Tapi Mama almarhum sangat sehat sampai meninggal di umur 74th karena kecelakaan.  Jadi entahlah, pasrah saja sampai di usia berapa aku di-ijinkan hidup oleh-Nya.  Bila Allah mengijinkan, tentunya akan membahagiaakan bila aku bisa mendampingi anak-anak wisuda S1, maupun S2, melepaskan mereka menikah dengan seseorang pilihan hati mereka, bermain bersama cucu-cucu, dan menikmati masa tua sambil menulis buku dan menjadi konsultan pajak.

Aku masih mau kuliah hukum, aku masih mau menjalankan usaha konsultan pajakku yang sudah mulai aku rintis, aku masih ingin travelling keliling Indonesia, aku masih mau memiliki sekolah/kursus akuntansi dan pajak untuk anak-anak muda tidak mampu, yang murah/gratis, aku masih punya banyak cita-cita.

2016 akan berakhir sebentar lagi, tutup sudah perjalananku yang lumayan dinamis di tahun 2016 ini, dan 2017 sudah di depan mata.

Dengan semangat baru, aku ingin lebih banyak kontribusi dan nilai tambah yang bisa aku lakukan untuk FFI, tempat dimana aku bekerja sekarang, aku ingin tetap sehat dan mengurangi berat badanku demi OA, aku ingin kuliah S1 hukum di hari Sabtu (kuliah khusus karyawan), agar aku lebih punya dasar untuk bisa beracara di pengadilan, khususnya di pengadilan pajak.  Semoga bisa aku lakukan di tahun 2017 ini.

Selamat tinggal tahun 2016 dan selamat datang tahun 2017.

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng