Menjadi Karyawan? Kenapa tidak?

Menjadi karyawan adalah salah satu dari banyak cara untuk mencari nafkah, menjemput rejeki-Nya.

Aku memang dibilang katanya punya "mental karyawan", karena agak-agak kurang percaya dan kadang bisa dikatakan skeptis terhadap ber-bisnis.  Karena di dalam pikiranku, bila mau menjalankan usaha/bisnis, terlalu banyak faktor penentu yang tidak bisa dikontrol, sehingga bila dihitung-hitung, hasilnya selalu "gak jadi deh".

Pastinya banyak kok pengusaha sukses atau agak sukses atau lumayan, dan aku kagum pada kegigihan mereka hingga menjadi seperti yang dilihat orang-orang.

Tetapi menjadi karyawan, juga tidak semengerikan itu kok, katanya gak enak, harus datang tepat waktu, kadang kerja sampai malam, belum kalau bertemu atasan yang galak, tidak pengertian, disuruh-suruh, makan hati, berasa menjadi budak, dan sebagainya.

Aku bekerja sudah 25th dan sampai sekarang rasanya sih baik-baik saja.

Dengan aku bekerja, aku bisa membantu banyak orang. Bisa mengantarkan anak-anakku melihat dunia, dan kemudian memberikan jalan pada mereka untuk menjalani dunia mereka sendiri.

Menjadi karyawan, seperti juga banyak profesi lain, pekerjaan lain, akan menjadi beban apabila kita tidak menjalaninya dengan hati. Jadi mengingatkan training yang aku jalani beberapa waktu yang lalu, mengenai Ikigai.

Ikigai adalah istilah Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Kata itu secara harfiah meliputi "iki" yang berarti kehidupan dan "gai" yang berarti nilai. Ikigai kadang diekspresikan sebagai "alasan untuk bangun di pagi hari", Ikigai lah yang memberikan motivasi berkelanjutan untuk menjalani hidup, atau bisa juga dibilang bahwa ikigai-lah yang memberikan gairah hidup yang membuat semangat dalam menyambut kedatangan setiap hari baru. - begitu kata Wikipedia.



  • Ketika misi kita bertemu dengan pekerjaan: itulah yang dibutuhkan dunia
  • Ketika pekerjaan kita bertemu dengan profesi: itulah yang membayar kebutuhan/hidup kita
  • Ketika profesi kita bertemu dengan gairah: itulah yang membuat kita ahli di bidangnya
  • Ketika gairah kita bertemu dengan misi: itulah yang menjadi kecintaan kita
Dan, ketika misi, pekerjaan, profesi dan gairah kita menyatu, itulah yang menjadi IKIGAI kita.

Aku, berlatar belakang pendidikan akuntansi, berprofesi sebagai akuntan dan konsultan pajak (cek satu), pekerjaanku sebagai kepala bagian perpajakan di perusahaan multinational (cek dua), dengan misi untuk memberikan (sedikit) kebaikan bagi diri dan orang di sekitar (cek tiga), dan gairahku? Apakah menjadi ahli perpajakan yang terpandang di Indonesia? Hm..... gak terlalu sih... (cek nya kurang satu dong)

Lalu, bagaimana aku bisa mencapai Ikigai? Bagaimana aku bisa tetap bersemangat bangun setiap pagi menjalani 5 hari dalam seminggu untuk bekerja? Aku kemudian mencari di dalam sendiri, apakah gairahku sebetulnya? Menjadi penulis (karena aku memang suka  menulis)? Menjadi photographer (kebetulan lagi seneng moto-moto :-))? Ternyata tidak terlalu setelah aku dalami lebih lanjut.  Aku mengikuti training menulis yang menghabiskan hampir 1jt rupiah, apakah kemudian aku jadi langsung jago menulis dan siap merilis buku? Tidak ternyata... malah seperti dihempaskan ke bumi setelah mengikuti training itu, menyadari bahwa untuk menjadi penulis yang baik, dibutuhkan juga 25th jatuh bangun dan terus menulis.

Nah.... aku cek lagi, gairah - pajak - akuntansi - gairah - pajak, agak susah yaa sodara....

Demi ikigai, aku terus berfikir bagaimana mengharmonisasikan antara gairah - akuntansi dan pajak.

Akhirnya aku teringat, bahwa aku begitu mencintai Indonesia Raya tumpah darahku ini, semoga yang baru berulang tahun ke-75 kemarin selalu dan terus menjadi Indonesia Maju.  Bahwa 80% dari pendapatan negara diperoleh dari pajak, bahwa yang membayar gaji presiden, polisi, tentara, pegawai negri adalah dari pajak, bahwa yang membuat jalan jalan, semua transportasi umum, yang mensubsidi kesehatan masyarakat, yang menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi di masa pandemi ini adalah pajak. Dan aku, menjadi bagian (sangat kecil, namun tetap bagian), yang memungkinkan hal itu terjadi dengan memastikan bahwa perpajakan yang dijalankan perusahaan tempatku bekerja, benar, sesuai aturan dan tidak berlebih.... pas buat perusahaan, pas buat negara - yeayyy.... aku menemukan gairahku, aku menemukan Ikigaiku.

Bahwa aku berkontribusi bagi Indonesia-ku.

Menjadi karyawan? Kenapa tidak?



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng