Joker

Semalam habis nonton Joker, sendirian.... kadang menyenangkan melakukan beberapa hal sendirian, sehingga kita bisa fokus dengan kegiatan/aktifitasnya.

Banyak sekali resensi dan review filmnya sehingga membuatku tertarik untuk menontonnya.

Aku bukan mau mengulas film nya dalam tulisan ini, tetapi rasanya film ini mencerminkan jeritan hati para "korban kehidupan" yang memang tak jarang begitu dekat dengan kehidupan kita sehari hari tanpa kita sadari.

Permainan watak yang luar biasa dari Joaquin Phoenix yang memerankan Arthur "Joker" Fleck sebagai pribadi yang (seharusnya) baik, namun "konspirasi" seluruh dunia "melakukan kejahatan" yang "terstruktur dan masiv" kepadanya, tekanan kehidupan yang "terasa tidak adil" bagi kalangan tidak berpunya, dan kegagalan sistem yang membuat bukan hanya masalah hukum, politis dan keadilan seringnya memang tajam ke bawah dan tumpul ke atas, sehingga bagian dari "survival mode on" seorang Arthur untuk tidak membunuh dirinya sendiri adalah kehilangan hati nuraninya dan menjadi seorang psikopat.


Psikopat "äsli" yang lahir dengan kelainan jiwa dan kelainan struktur di otak mereka, akan membunuh tanpa rasa bersalah karena mereka memang tidak memiliki empati terhadap manusia lain, tidak akan memilih-milih korbannya, ataupun kalaupun memilih dengan suatu alasan tertentu bukan karena perasaan empati (menurut film-film kriminal yang suka aku tonton).  Namun peranan Joker di film ini, pembunuhan hanya dilakukan kepada orang-orang yang melakukan "kejahatan", sesederhana melakukan bullying atau tidak perduli kepadanya, walaupun kemudian eskalasinya meningkat menjadi "kenikmatan".


Aku senang merasakan perasaanku saat selesai menonton suatu film yang dibuat dengan kreatifitas luar biasa, apakah terasa menginspirasi, membahagiakan, bersyukur, gamang, takut, berfikir, prihatin dan sebagainya.  Dan perasaanku setelah menonton film Joker semalam adalah s.e.d.i.h.  Rasanya ingin memberikan pelukan buat Joker dan mengatakan "Ëverything gonna be ok".

Bahwa rasanya seharusnya semua anak, semua manusia berhak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya, terutama dari orang tuanya dan juga dari lingkungannya. Dan apabila semua orang yang bertanggung jawab, yang kemudian memutuskan menjadi orang tua untuk memiliki anak, seharusnya mau belajar untuk benar-benar menjadi orang tua, yang bukan hanya bisa menyediakan pangan, sandang dan papan, namun juga memberikan kasih sayang, rasa aman, kebahagiaan dan nilai-nilai kebaikan.  Dan juga memberikan lingkungan yang aman dan suportif sehingga anak-anak akan tumbuh dengan kebahagiaan dan percaya diri.

Namun sayangnya, dunia tempat kita hidup tidaklah semewah itu, terlalu banyak ketidak-adilan dan hukum rimba yang berlaku.  Terlalu banyak penindasan dan kemudian memaksa orang-orang menggunakan "topeng badut" mereka hanya untuk bertahan hidup.

Dan yang tidak kalah memprihatinkan adalah, saat aku mononton film Joker semalam, yang sudah jelas-jelas dituliskan untuk 17+, masih kulihat beberapa orang tua mengajak anak-anak mereka yang masih di bawah umur untuk menonton film ini.  Dan juga para penonton "tertawa" di beberapa scene yang menurutku sebenarnya terlalu getir untuk ditertawakan.  Betapa mudahnya orang menertawakan penderitaan orang lain.... prihatin....

I know it's just a movie.......

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng