Menuju Pernikahan Perak

1 Juli 1995 - 1 Juli 2019

24 tahun, 288 bulan, 1,152 minggu, 8,760 hari...

Lama atau sebentar itu relatif, waktu adalah hal yang mutlak, pasti, bisa dikalkulasi dengan satuan detik, bulan, tahun, dsb, namun perasaan menjalani waktu itu yang relatif.

Apabila kita sedang berbahagia, senang, bersyukur dan merasa cukup, maka waktu akan terasa sebentar, sedangkan apabila kita sedang merasa sedih, susah hati, takut, marah, khawatir dan berbagai perasaan negatif lainnya, maka waktu akan terasa sangat lama.

Jadi, aku dan Yoga sudah menikah 24th. Bagi para pasangan harmonis yang menua bersama, pernikahan kita masih pendek umurnya, namun banyak juga pasangan-pasangan lain di sekitar kita yang sudah tidak lagi bersama pasangan pertamanya, bercerai, berpisah, ataupun tidak harmonis dengan berjalannya waktu.

Dengan banyak alasan, ada yang selingkuh/berkhianat, ada yang karena materi/penghasilan/harta, ada yang karena tidak cocok dari awal tetapi ditahan sampai anak-anak sudah besar, ada yang karena merasa tidak dihargai sebagai suami ataupun sebagai istri, ada yang terlalu membiarkan mertua/orang tua ikut campur terlalu dalam di dalam rumah tangga mereka, ada yang memang bosan aja, ada yang karena iseng pengen "mencoba" yang lebih muda, ada yang "katanya" menjalani "sunah rosul" (alasan yang terlalu naif, menjadikan agama sebagai perisai nafsu belaka), ada yang "tertipu rayuan lelaki/wanita lain" padahal pada kenyataannya istri/suaminya adalah yang terbaik namun sudah terlambat, dan banyak lagi.....

Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf, itu benar adanya.
Namun manusia juga diberikan oleh-Nya akal dan pikiran dan kemampuan untuk menganalisa dan mengukur resiko-resiko atas keputusan apapun yang diambil, dengan keuntungan dan kerugian yang akan menyertainya. Semua tindakan akan mendatangkan konsekuensi, itu sudah dikatakan oleh-Nya, disebut sunatullah, disebut karma, disebut hukum sebab-akibat.

Manusia dewasa yang berakal sehat, akan berani menanggung semua konsekuensi yang terjadi atas apapun yang dilakukannya, dan menyadari bahwa apapun yang dilakukannya adalah tanggung jawabnya, adalah keputusannya.  Bahkan ketika dalam tekanan-pun, manusia dewasa selalu punya pilihan, selalu.  Kadang kita berfikir, dalam keadaan tertentu, aku tidak punya pilihan, aku harus melakukan hal ini, itu hanyalah dikarenakan pikirannya menutup pilihan lainnya, bisa jadi karena tekanan, dalam keadaan seperti itu, ada baiknya jangan mengambil keputusan apapun, berdiam dan berfikir, memohon petunjuk-Nya, meminta bantuan pihak yang lebih mengerti/ahli, memahami lebih jauh konsekuensinya dan kemudian dengan hati yang dingin, barulah mengambil keputusan.

Semua teori-teori itu berlaku juga untuk kehidupan berpasangan, bersuami-istri.

Aku dan Yoga, kita adalah 2 jenis species yang berbeda... benar-benar berbeda. Sayangnya pada saat kita mau menikah 26th yang lalu, kita tidak berfikir untuk mengambil psikotest, apakah karakter kita akan cocok satu sama lain, keputusan kita menikah sesederhana karena ketertarikan akan perbedaan masing-masing, dan kemudian kita menikah, dan belajar dengan "hardway" bagaimana kita bisa membuat diri kita berdua bisa berjalan harmonis bersama dalam perbedaan.

Sampai saat ini, apakah kadang aku masih "kesel" sama Yoga karena suatu hal sederhana? Ya! Dan apakah Yoga masih kadang "nepok jidat sambil berusaha sabar" karena suatu hal sederhana lainnya yang aku lakukan? Ya! Itu bagian dari konsekuensi keputusan kita berdua tetap bersama, karena kita menyadari karakter dasar manusia tidak bisa berubah.

Apakah Yoga berusaha melakukan hal-hal kecil yang lebih baik untuk menyenangkan aku? Ya! (contohnya kemarin tiba-tiba mengirim buket bunga cantik ke kantor, surprise surprise) dan apakah aku berusaha melakukan hal-hal kecil yang lebih baik untuk menyenangkan Yoga? Ya! (contohnya kalau kita pergi bermobil, Yoga tidak suka aku komentar soal jalan mana yang akan diambil, bahkan bila ternyata jalan pilihannya yang tidak mau mengikuti map/waze, lebih macet, ya aku tidak komentar dan berusaha enjoy aja). Banyak lagi, kita lakukan sehari-hari, atau paling tidak seminggu sekali saat kita bertemu.

Apakah kita berdua menyadari bahwa masing-masing dari kita mampu untuk hidup sendiri? Ya! Apakah kita berdua akan lebih baik atau lebih buruk bila kita berpisah? Tidak tau! Sampai ada suatu hal yang prinsip buat kita berdua akan sampai pada keputusan itu, kita tetap berkomitmen untuk terus bersama. Apakah pernah ada prahara besar yang membuat kita hampir memutuskan untuk bercerai? Ya! 2x dalam 24th. Tahun 2000 dan 2014.

Bagaimana kita melaluinya? Kita tidak mengambil keputusan penting saat kita sedang marah/emosi, kita marah-marah, tetapi tidak mengambil keputusan apapun. Kita break sebentar untuk masing-masing meredakan emosi dan berfikir (kurang lebih  1 minggu), tidak bertemu. Dan kemudian kita bertemu kembali dalam keadaan yang lebih adem, tidak ada emosi dan berbicara. Put everything on the table, semua kita bicarakan sampai ke hal-hal yang pahit sekalipun, menjembrengkan semua konsekuensi, dan kemudian bersepakat bagaimana kita mau mengambil keputusan.  Dasarnya tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain, sebagai pasangan, equal, setara.

Apabila dibutuhkan, kita akan berkonsultasi ke pihak yang profesional, atau orang-orang yang kita hormati, yang kita anggap lebih bijaksana, bisa berdua ataupun masing masing. Tapi tetap, keputusan di tangan kita berdua, karena kita berdua yang akan menjalani semua konsekuensinya. Bukan orang tua/mertua, bukan anak, bukan sahabat, bukan saudara, bukan siapapun, maka hanya kita berdua yang akan mengambil keputusan bersama, dan keduanya menghormati keputusan itu. Paling tidak berusaha...

Apakah kita berbahagia menjalani 24 tahun kebersamaan ini? Ada masa masa sedih, ada masa masa sulit, ada masa masa berat.... pastinya. Namun banyak juga masa-masa bahagia dan menyenangkan. Sekarang kita berdua berusaha ikhlas, dan bersyukur aja dan rasanya sih berbahagia....

Apakah besok, tahun depan masih tetap begini? Tidak tahu. Manusia bisa berubah, godaan selalu datang, dari manapun, namun kita berusaha tetap menghargai satu sama lain, dengan berkomitmen, apabila rasanya sudah pengen pindah ke lain hati, ada orang lain yang lebih baik, maka akan didiskusikan dan dicari jalan terbaik, berusaha tidak melakukan hal-hal yang akan menyakiti di belakang.

Semoga kita berdua bisa sampai 1 Juli 2020, tetap bersama dan harmonis, 25th pernikahan perak.
Amin.







Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng