#aisyahtiaswedding - 23 February 2019 - part 1

Alhamdulillah....

23 February 2019, Aisyah Jasmine Yogaswara dan Tias Arifiandi Nugraha, menjadi pasangan sah suami istri di Hidden Paradise - Pondok Cabe.



Untuk menceritakan perjalanan kasih mereka sejak bertemu 15 Maret 2014, sepertinya bisa menjadi satu novel sendiri :-) , 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi mereka, dengan berbagai cerita.

Mungkin di lain waktu, saat ini aku mau menceritakan keseruan Hari-H, prosesi akad dan resepsi yang menurutku adalah berkah tersendiri.

Cerita dimulai dari akhir Desember 2018, dimana akhirnya keputusan kita sepakati bersama, Aisyah dan Tias akan menikah 23 Februari 2019, dan dari situ kita semua mulai mempersiapkan segala sesuatunya dari awal hanya dalam waktu 2 bulan!

Sebagai anggota polisi, untuk menikah di KUA, Tias membutuhkan SIK (Surat Ijin Kawin) yang dikeluarkan dari kesatuannya di Gegana dan diresmikan oleh Polda DKI, yang harus melewati test psikologi, test kesehatan, 2x sidang kantor dengan surat-surat lengkap termasuk pengantar dari KUA domisili calon penganten dan KUA tempat pernikahan, SKCK calon istri dan orang tua kedua pihak. Dan... semua proses yang panjang itu baru selesai H-2...fiuh....

Semua persiapan lain, termasuk mencari WO, ber-koordinasi dengan WO, pakaian pengantin, pakaian orang tua, pakaian among, pemilihan lokasi, konsep dekorasi, pemilihan makanan, undangan, souvenir, pemilihan lagu-lagu, konsep resepsi, pre-wed, menetukan VIP, seserahan, cincin nikah dan mas kawin, hiburan, dan sebagainya semua dikebut, dikeroyok oleh penganten, aku, dan tim panitya kecil keluarga yang terdiri dari beberapa orang. Dan bertepatan dengan tugas kantor ke luar kota tepat beberapa hari sebelum hari-H. Sungguh aku lumayan stress begitu banyak yang harus diurus, dalam waktu yang sempit (buat ukuran mempersiapkan pernikahan, 2 bulan sangatlah sempit).

Tibalah Hari-H, sabtu 23 Feb 2019, kami berkoordinasi dengan semua keluarga dekat untuk berkumpul di lokasi acara sekitar jam 10-12 siang, untuk persiapan akad nikah jam 3 sore dan resepsi jam 7 malam.

Pagi itu, sebelum berangkat, aku berdiam sejenak, melepaskan semua kekhawatiran, dan berulang-ulang melakukan afirmasi pada diri sendiri untuk pasrah dan berserah diri, apapun yang terjadi hari itu. Semua yang terbaik yang bisa aku lakukan sudah aku lakukan di hari-hari sebelumnya dalam persiapan acara ini, hari-H sudah tidak ada gunanya untuk khawatir, maka aku pasrah.

Yang tadinya aku sangat mengkhawatirkan cuaca, karena acara dilakukan outdoor dengan konsep pesta kebun, hari itu aku pasrah, padahal beberapa hari sebelumnya hujan terus turun dengan intensitas yang lumayan tinggi, apalagi setelah imlek.

Kami (aku, Aisyah, Ayah dan Yoyo - sahabatnya Aisyah) tiba di lokasi sekitar jam 11 lewat, dan banyak keluarga lain yang sudah datang dan berdatangan, tak lama kemudian team WO nya pun datang dan mulailah kita melakukan persiapan di jam 12 lewat.


Membutuhkan waktu lebih dari 3 jam untuk mendandani pengantin wanita, dengan pakaian adat sunda modern dan hiasan rambut siger. Setelah selesai... wow!! Semua yang melihat akan memuji kecantikan sang ratu sehari pengantin wanitanya Aisyah, cantiiiik sekali.


Jam 3 lewat prosesi akad dimulai, langit lumayan mendung. Dimulai dari proses perwakilan pengantin pria (Uwa Dowan) mengutarakan maksud dan tujuan untuk mengantarkan pengantin pria untuk dinikahkan, penyerahan seserahan, kemudian perwakilan pengantin wanita (Uwa Deni) menyambut, dengan Ayah memberikan minum pada Tias dan Ibu/aku mengalungkan bunga dan kami mengantar Tias ke tempat akad.



 


 Tias sedang berzikir menunggu saat saat ijab kabul.

Dan kemudian Ayah menjemput pengantin wanita, Aisyah untuk memasuki tempat akad dengan diringi puisi dari Ibu/aku, dari buku yang aku siapkan berisi foto-foto dari Aisyah kecil hingga dewasa - Aisyah, from little baby girl to Mrs. Tias - dan kemudian kami sandingkan dengan Tias untuk dinikahkan.
Aisyah, anakku terkasih. 
Hari ini ibu dan ayah mengantarkanmu melangkah menuju kehidupan baru.
22 tahun sudah kami bersamamu, menyayangimu, membesarkanmu, mendidikmu.
Karaktermu yang keras dan tangguh, membuat kami percaya kau bisa menggapai matahari.
Kecantikan wajahmu dan hatimu, membuat kami percaya kau sanggup mengubah dunia.
Hari ini, dengan kesedihan dan kebahagiaan kami, dengan kehilangan dan kebanggaan kami, kami ikhlaskan kau bersanding dengan calon imammu, dengan pangeranmu.
Yang kami percayai akan melindungimu, akan membahagiakanmu, dan tidak akan menyakiti hatimu.
Semoga Allah senantiasa menjadi pelindungmu.
Dan bahwa sampai kapanpun, kami akan selalu menjadi rumahmu. 


Kulihat dari sudut mataku, Aisyah, tamu-tamu ikut menangis, bersama perasaanku yang bergejolak, antara bahagia yang membuncah dan kesedihan melepas Aisyah.


 

Pembacaan Ayat Suci Al Qur'an oleh Uwa Hendra dan saritilawah oleh Dodoy, langit sudah sangat mendung, sudah terasa rintik, rintik gerimis. Vena, dari pihak WO, sudah mendekatiku dan berbisik bertanya apakah prosesnya mau diteruskan di bawah pendopo, aku bilang terserah saja. Lalu Vena berbisik kepada Ayah, dan ternyata Ayah mengatakan, tidak usah pindah, dilanjutkan saja. 

Hujan mulai turun, para tamu mulai bubar meneduh di pendopo, demikian juga dengan MC-nya, tinggallah Tias, Aisyah, penghulu, Ayah, saksi Oom Yudis, saksi Bang Opal, aku, kedua orang tua Tias dan 4 sahabatnya Aisyah, Yoyo, Sarita, Della dan Dinda, tetap tidak bergeming di bawah hujan.



Kami tidak bergeming, sampai Ayah Yoga mengucap ijab kabul, diterima oleh Tias:
"Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Jasmine Yogaswara binti Iwa Yogaswara dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 10gr tunai!", dan langit terbelah, hujan tercurah turun saat Arsy-Nya berguncang, Subhanallah!

Team WO sibuk memayungi kami yang tidak bergeming, di tengah hujan.
Tidak ada sedikitpun perasaan di hatiku yang ingin beranjak meneduh, atau kesel karena hujan, atau apapun, pandanganku lurus ke Aisyah dan Tias, melihat raut wajah mereka yang sama sama tidak terganggu dengan hujan, kurasakan air hujan mulai membasahi sebagian bajuku yang tidak terpayungi, menyejukkan hati.

Ya Allah, anakku sudah bukan milikku lagi, kini dia sudah milik orang lain, pria yang dipilihnya menjadi imamnya.....







Tias membelai tangan Aisyah yang sedang menangis dengan pandangan mengatakan: Tidak apa-apa, aku di sini untukmu. 

Setelah ijab kabul selesai dilaksanakan, dan dinyatakan sah oleh saksi dan penghulu, dilanjutkan satu dua kata dari penghulu, barulah kita semua pindah ke bawah pendopo untuk melanjutkan penandatanganan buku nikah, tukar cincin, dan pembacaan wedding vow oleh Aisyah dan Tias.

(bersambung)

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng