H - 2 bulan - Keputusan Besar

Ini sudah seperti cerita telenovela :-)

Di setiap season-nya ada saja kejutannya, dan bukan hanya pemirsah telenovela yang terkejut kejut menantikan season berikutnya, tapi akupun tidak kalah terkejut-kejut.

Ini sengaja aku tuliskan hari ini, untuk menjadi catatan, karena hidup kita, hidupku demikian dinamisnya, sehingga "perasaan" yang kurasakan, bisa disimpan dalam tulisan.

"Untungnya" aku sudah biasa bekerja di MNC (Multi-National Company) dimana perubahan terjadi begitu cepat, keputusan penting harus segera diambil dalam situasi yang kritis, informasi harus diperoleh sebanyak mungkin dan relevan serta terukur, dan pada akhirnya bagaimana kita sebagai bagian dari suatu korporasi bergerak bersama mencapai tujuan besar perusahaan yang pada akhirnya akan kembali kepada kita sebagai karyawan (baca: bonus boww....:)).  Kadang sudah tidak berlaku itu "jam kerja", karena dimanapun fisik kita berada, alur informasi dan komando harus terus terjaga, sehingga kita tidak kehilangan kesempatan, dan bisa mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Cerita ini bermula dari 1.5th yang lalu saat anak gadis cantikku dilamar seseorang, setelah 3th berpacaran. Dan kemudian kita mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan yang rencananya akan dilangsungkan awal Maret 2019.  Dan kemudian terjadilah prahara.... rencana pernikahan dibatalkan 2 bulan yang lalu.  Ini bukan cuma batal dalam omong-omongan, gedung sudah di-booking, WO sudah siap jalan, 80% persiapan sudah bergerak, dan kemudian bubar jalan...

Dan kemudian, sekitar 1-2 minggu yang lalu, anakku dan calonnya yang sama, meminta ijin kembali kepada kami, untuk tetap melaksanakan pernikahan, sederhana, segera...... bukan karena ada sesuatu hal yang urgent atau apapun, simply karena mereka berdua sudah memutuskan untuk memang akan menikah, untuk apa ditunda-tunda lagi.

Haloww.....

Sudahlah jangan dibahas bagaimana roller coasternya perasaan aku dan suami, dan bagaimana aku jadi jumpalitan jungkir balik mempersiapkan "kembali" segala sesuatunya....

Tapi bukan ini yang ingin aku ceritakan, itu "soal kecil" lah bagi aku (soal kecil yang bikin insomnia juga otakku muter-muter ga mau berhenti....hehe).

Aku mau cerita, apa yang membuat aku dan ayahnya Aisyah, luluh... menerima kembali anak ini, Tias Arifianto Nugraha, sebagai calon menantu kami.

Kalau pembaca "rajin" mengikuti tulisan-tulisanku, aku sudah menuliskan beberapa mengenai anak ini sejak awal mengenalnya hampir 5 tahun yang lalu.

Kehidupannya yang cukup keras dan tidak mudah sejak kecil, dan sampai menjadi tulang punggung keluarga, dan masuk ke lingkungan "kesatuan", selain membuat prinsipnya keras, juga membuat hatinya keras. Besar dengan lingkungan dan keluarga yang sangat berbeda dengan Aisyah.

Untuk "membuka" hatinya saja, itu dipirit banget, kayak lagi main remi :-). Pelaaan banget.  Butuh waktu lama bagi anak ini untuk bisa mempercayai ada seorang gadis yang cantik, tapi tidak genit, yang pintar tetapi tidak sombong atau sok pintar, yang memiliki mimpi setinggi langit tetapi bukan hanya angan-angan kosong, yang memiliki prinsip kuat dan tidak mudah dipengaruhi orang lain atau lingkungan namun terus mau belajar, yang sangat independen dan tidak terlalu perduli omongan orang lain, tetapi bukan masa bodoh, yang dekat dan terbuka dengan keluarganya, yang suka berpetualang naik gunung, bahkan mau menjalani pendidikan dasar wanadri berkeringat, berdarah dan tetap bertahan sampai akhir, tapi seksi mempesona bila sudah dandan, yang tidak matere hanya menginginkan atau memandang harta lelaki, dan terpenting bersedia berjuang dari sama-sama tidak punya apa-apa.

Eh kok ada ya gadis model begitu?

Sepertinya hebat ya gadisnya? Eh jangan salah, tidak mudah bisa menjadi pasangan gadis itu. Jejaka tanpa prinsip, yang enggan bekerja keras dan bertanggung jawab, yang tidak menyukai kegiatan ekstrim, tidak bernyali besar ataupun bertekad baja, dibenturkan kanan kiri atas bawah tidak tetap berdiri tegak, yang lembek dan mudah menyerah, yang genit lirik kanan kiri depan belakang, yang bau rokok, yang tidak bisa melindungi gadisnya, yang gampang "diatur-atur"sang gadis, yang mudah "terperangkap" ke dalam kekuatan sang gadis yang kadang intimidatif, yang tidak jujur dan berintegritas, tidak akan bertahan lama, sudah pasti ditinggalkan.....

Dan mereka berdua, bertahan.

Badai dan prahara, bukan tidak ada, 2 keluarga yang berbeda, 2 lingkungan yang berbeda, menjalankan LDR selama 3.5th, membuat mereka berdua harus bekerja extra keras untuk menghadapi segala permasalahan yang timbul dan perbedaan yang terjadi, dibalik kesamaan-kesamaan yang mereka miliki.

Sang jejaka berprofesi dengan resiko tinggi dan dengan jadwal yang tidak jelas. Saat ibu pertiwi memanggil untuk bertugas (melalui sang komandan tentunya), artinya siap! laksanakan!

Sang gadis calon lawyer yang akan sangat sibuk memulai meniti karir, bisa pulang malam pulang pagi, dan masih menginginkan meneruskan jenjang pendidikan ke S2.

Dan mereka berdua sudah mengerti konsekuensi yang akan dihadapi masing-masing.  Bagaimana bila sang gadis sudah mulai berkarir di suatu tempat, lalu sang jejaka ditempatkan di daerah lain, bagaimana? Bagaimana bila sang gadis dan sang jejaka punya waktu liburan yang berbeda? Bagaimana kalau begini? Bagaimana kalau begitu?

Anak itu kemudian mengatakan: "Bu, ijinkan aku bersama Aisyah, untuk melangkah bersama, aku akan melindungi dan menyayangi Aisyah sampai nanti, sampai kami menua. Aku ingin, alam yang mendidik-ku menjadi saksi janjiku. Aisyah mengajarkan aku bermimpi tinggi, dan insya Allah kami akan bersama meraih mimpi-mimpi tinggi kami. Aku tak bisa lengkap tanpa Aisyah."

*siapa coba yang ga meleleh

Dan aku sangat sangat mengetahui bahwa anak itu bukan model cowok arjuna yang pandai menggombal, walaupun banyak yang curi-curi kesempatan menarik perhatiannya, event-event romantis yang direncanakan, biasanya gagal, malah buat bahan tertawaan berdua.

Anak itu garis mukanya keras. Rahangnya kuat. Walaupun aku tidak pernah melihatnya sekalipun menggunakan seragam kesatuannya, tapi bayangan aku, dan pernah diceritakan Ibundanya, gagah sekali.

Yang selalu aku perhatikan saat bertemu Aisyah, adalah perasaan nyaman dan tenang, pengennya saling mengganggu dan jail satu sama lain, kejar kejaran seperti layaknya anak kecil, rebutan hal hal yang tidak penting, bahkan gebuk gebukan kalau sudah meningkat eskalasi bercandanya.

Dan demikian juga dengan Aisyah, dia bisa menjadi dirinya yang suka suka dia, tidak jaim, tidak pura-pura cantik manja, santai, nyaman dan sama sama iseng. Sangat tidak "behave" seperti layaknya anak gadis "semestinya" bersikap di hadapan jejakanya.

Bagaimana coba, aku sebagai Ibu bisa "menolak" semua kenyataan itu?

They just meant to be belong each other.

Maka insya allah, bila Allah sudah membuka semua kekurangan mereka satu sama lain, semua kejelekan mereka dan kelemahan mereka, dan mereka tetap bertahan, maka kami sebagai orang tua, tidak punya pilihan lain selain merestui dan mendoakan.

Semoga keputusan besar yang kami ambil saat ini, yang aku ambil saat ini, adalah yang terbaik.

I just can't do anything else than just being a proud Mom, for both of them. - sambil tepok jidat :-)

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng