Me.ni.kah

Kisah Romantis - Glenn Fredly

Mengejar dirimu takkan ada habisnya
membuat diriku menggila
bila hati ini menjatuhkan pilihan
apapun akan kulewati

Hari ini sayang sangat penting bagiku
kau jawaban yg aku cari
kisah hari ini kan ku bagi denganmu
dengarlah sayang kali ini
permintaanku padamu

reff: Dan dengarlah sayangku
aku mohon kau menikah denganku
ya hiduplah denganku
berbagi kisah hidup berdua

Cincin ini sayang terukirkan namamu
begitu juga di hatiku
hujan warna-warni kata orang tak mungkin
namun itu mungkin bagiku
sebuah tanda cintaku

Menikah bagi sebagian orang adalah bagian dari perjalanan hidup, setelah dewasa dan ingin memiliki keluarga sendiri.

Keinginan menikah biasanya datang saat kita menemukan "The one", she is the one or he is the one. Dia adalah seseorang yang kita inginkan menjalani hidup ini bersamanya, yang kita inginkan hadir di setiap hari kita, yang membuat senyum di bibir kita dan bersamanya tidak ada hal lain yang lebih penting dalam hidup ini.

Dia, yang kita inginkan melahirkan anak-anak kita atau yang kita inginkan menjadi ayah dari anak-anak kita.  Dia, yang ingin kita sandarkan kepala kita di-bahunya dan yang ingin kita tumpahkan segala keluh kesah dan beratnya beban hidup ini.

Dulu, Mama ku almarhum bilang menikah itu nanti saja setelah puas menikmati dunia, setelah 30th an lah, eh, aku ternyata menikah umur 25th.  Anakku, saat ini belum sampai 20th tetapi sudah ada keinginan untuk menikah di hatinya.

Kapan idealnya kita menikah?

Setelah menikah 21th dan mengamati banyak pasangan-pasangan di sepanjang perjalanan hidupku, menurutku saat yang paling ideal untuk menikah adalah saat 2 orang, sepasang manusia, sudah siap dan yakin hatinya.  17th, 20th, 25th, 30th, 40th atau bahkan lebih, bukan ukuran.  Saat kita menemukan seseorang yang kita anggap bisa menjadi pasangan hidup, saat itulah kita sudah pantas menikah.

Bagaimana dengan biaya pernikahan yang tidak sedikit, bagaimana dengan tanggung jawab financial rumah tangga, bagaimana dengan biaya anak-anak kelak?

Tentunya hal-hal itu tidak bisa tidak dipikirkan.  Namun, saat 2 orang sudah berkomitmen untuk membina rumah tangga, tentunya ke-2 orang itu sudah siap akan konsekuensi-konsekuensi yang mengikutinya.  Kita diberikan akal dan tenaga, kita diberikan kesempatan dan peluang, kita diberikan seluruh dunia untuk kita explore dalam mencari rezeki.  2 manusia yang hatinya menyatu dalam cinta, seyogyanya punya kekuatan ekstra untuk meraih hal-hal besar dalam hidup mereka.

Bila kita sangat menginginkan sesuatu, bertekad meraihnya, berdoa dengan khusyuk meminta pada-Nya, maka seluruh dunia akan mengamini.

Menikah hanya membutuhkan komitmen. Yuk, kita menikah, kamu jadi pasangan aku, dan aku jadi pasangan kamu.  Aku akan menjaga kamu, dan kamu akan menjaga aku. Aku akan membahagiakanmu dan kamu akan membuat aku bahagia. Aku akan membuat kamu menjadi seseorang yang paling hebat dan istimewa dan kamu akan membuat aku menjadi seseorang yang paling hebat dan paling istimewa.  Aku akan setia padamu dan kamu akan setia padaku.  Aku akan jujur padamu dan kamu akan jujur padaku.

Menikah, adalah sebuah pintu, pintu dimana kita sudah memutuskan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dewasa, lebih bertanggung jawab dan lebih penuh pengertian. Pintu dimana kepentingan dan ego pribadi kita sudah tidak lagi nomor satu, pintu dimana ladang ibadah menjadi lebih luas, pintu dimana kita adalah bagian dari sesuatu.

Menikah, bukan (hanya) membutuhkan biaya, itu nomor sekian.  Menikah membutuhkan keyakinan dan kebulatan tekad, dimana kita menyerahkan sebagian hidup kita pada seseorang.

Jangan takut untuk mengambil keputusan untuk menikah, bila memang kita sudah menemukan seseorang itu.  Khawatirlah untuk kehilangan seseorang itu, apabila keputusan tidak segera diambil.

Menikah, sesederhana datang ke rumah orang tuanya, dan mengatakan, "Oom, tante, saya ingin menikah dengan anak Oom dan tante."

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng