P.H.K

PHK - Pemutusan Hubungan Kerja

Selasa, 19 Januari 2016, aku di depan Direktur Keuangan LH, bapak MS, menanti dengan H2C (harap harap cemas), apakah kepala divisi pajak untuk organisasi baru setelah merger secara legal nanti (rencana Februari 2016), adalah aku (dari L) atau dia (dari H).

Mungkin untuk kompetensi, jam terbang dan kapabilitas, anggap saja kita setara, namun ada faktor faktor lain yang mencemaskan-ku yaitu bahwa walaupun spirit nya adalah merger antara L dan H, namun di Indonesia, bisnis H hampir 5x lebih besar daripada L dan secara legal akan lebih mudah dengan proses akuisisi (pengambil-alihan saham).  Tentunya sebagai minoritas dari segi bisnis akan mempengaruhi sedikitnya keputusan dalam menentukan kepala bagian.  Keduanya adalah, dalam proses seperti ini, tentu akan ada paket PHK yang akan ditawarkan perusahaan kepada karyawan yang tidak mendapatkan posisi dalam organisasi baru.  Masa kerja-ku jauh lebih pendek daripada dia, sehingga tentunya bila dilihat dari budget perusahaan, akan lebih "murah" melepaskan-ku.

Baiklah kita kembali ke dalam ruangan, dimana aku berhadapan dengan sang Direktur.  Dimulai dari penjelasannya tentang rencana struktur organisasi baru di departemen keuangan di bawahnya, dan bla bla bla alasan pemilihan masing-masing kepala divisi, sampailah kepada sebaris kalimat yang terdengar bagaikan petir di sore yang sejuk di musim hujan ini, "It's been decided that for Tax Department, the leader will be X", dan itu bukan namaku.

Kalimat selanjutnya terdengar mulai terasa samar-samar sementara air mata mulai menggenangi mataku.  Kekhawatiranku menjadi kenyataan. Aku tidak terpilih.  Selogis apapun alasannya, seberapapun kerja-kerasku selama 2th ini selalu memperoleh nilai memuaskan dalam evaluasi kerja tahunan, mengerjakan banyak proyek, membuat divisi pajak menjadi "lebih friendly" baik terhadap divisi lain ataupun terhadap bisnis, menurunkan berbagai resiko pajak, semua seperti luruh di meja itu, bersamaan dengan mata air mataku yang mulai menetes.

Aku mencari tissue, menarik beberapa nafas panjang, mengendalikan diriku, menahan kesedihanku, dan otakku mengambil alih perasaanku. Dan aku mulai menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan apa ekspektasi manajemen baru terhadap diriku selanjutnya, bagaimana dengan proses penyerahan tanggung jawab pekerjaan, dan sebagainya, setelah aku ketahui bahwa aku masih diminta untuk "mengawal" proses integrasi agar kepala divisi pajak yang baru bisa mengambil alih dengan lancar dalam 6-8 bulan ke depan, di tengah tengah berbagai sengketa pajak yang sedang dalam proses.

Aku keluar ruangan dengan kepala tegak, namun dengan perasaan sedih, dan kemudian menumpahkan tangisanku di kamar mandi.  Beberapa orang yang aku anggap penting untuk mengetahui keputusan ini, aku segera beritahukan, yaitu keluarga (dimana suami dan anak anak sudah mengetahui bahwa saat ini akan tiba), adik, bawahan, dan beberapa sahabat dekat.

Aku ingat merasa sedih, dan tiba-tiba ingin menangis itu sekitar 2 hari.  Namun, orang-orang terdekat sepertinya tidak memiliki kekhawatiran yang sama denganku.  Kenapa? Karena mereka melihat sesungguhnya tidak ada yang perlu disedihkan.  Pertama, dengan pengalaman kerja dan kemampuanku, rasanya dalam beberapa bulan, Insya Allah aku sudah bisa mendapatkan pekerjaan baru.  Kedua, paket yang ditawarkan perusahaan, lumayan. Alhamdulillah.

Dan lalu kemudian aku jadi berfikir, hm.....iya ya? Sedihnya kenapa? Merasa kalah? Iya, secara karakterku yang koleris dan ESTJ, maka merasa kalah dalam persaingan sangat mengesalkan. Namun sesungguhnya ini bukan masalah kalah atau menang, lebih baik atau lebih buruk, karena aku sudah melakukan bagian tugasku dengan sebaik-baiknya (yaitu bekerja baik dan mencapai beberapa prestasi), lalu kemudian dengan pertimbangan satu dan lain hal aku tidak terpilih, itu namanya sudah nasib/takdir.  Mungkin Tuhan punya rencana yang belum aku ketahui dan membelokkan rencana jangka menengahku.  Merasa khawatir? Iya, secara ada sisi melankolisku yang kadang khawatir berlebihan dan merasa tidak dalam keadaan yang secure. Tapi balik lagi, katanya binatang saja yang mau bergerak keluar mencari makan diberikan rejeki, masa kita gak sih?

Hanya butuh 2 hari bagiku untuk bersedih, maklumlah kan aku tetap wanita ya, di hari ke 3 dan seterusnya, aku sudah mulai memasang strategi untuk mulai TP (tebar pesona), istilah untuk para pekerja yang menebarkan CV kemana-mana melamar pekerjaan.  Dalam 2 minggu, aku sudah di-interview oleh 2 perusahaan. Alhamdulillah.

Semua teman dan sahabat dan keluarga, mendoakan yang terbaik.  Aku tetap bekerja ceria dan penuh semangat seperti biasa, sambil mencari-cari peluang yang mungkin ada di luar sana.  Sahabatku di kantor mengatakan bahwa masih ada kemungkinan aku tetap dipertahankan.  Apapun itu, aku akan menerima dengan ikhlas, Insya Allah.  Bila Allah memberikan aku pekerjaan lain yang lebih baik dan memberikan aku bonus mendadak mendapatkan paket PHK, Alhamdulillah, aku ikhlas kok ya Allah..... masih tetap dipertahankan dengan posisi baik di perusahaan sekarang-pun, aku ikhlas.

PHK di zaman ini bukan lagi berurusan dengan kita yang tidak cukup baik bagi perusahaan, mungkin saja perusahaan yang tidak cukup baik bagi kita, tidak bermaksud sombong ataupun tinggi hati, namun selama kita sudah melakukan yang terbaik yang menjadi bagian tugas kita dalam hal apapun, Insya Allah rejeki tidak akan kemana, bila tidak di sini, mungkin di sana.  Aku percaya, hitungan matematika Allah tidak pernah salah, Insya Allah.

#masihH2Cmenantiakhircerita

Comments

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng