happy sendiri, happy bersama-sama........

Hari ini puasa hari ke 3, dan aku di rumah. Memang sudah direncanakan untuk awal puasa cuti 1-2 hari agar bisa saur dan berbuka bersama keluarga di rumah, senangnya.......

Alhamdulillah, ada sedikit rejeki kemarin itu sehingga bisa touch up rumah dan terasa lebih nyaman, terutama aku (dan suami) kini menempati kamar depan dengan jendela besar menghadap ke luar dan bisa memandang langit biru dan burung-burung pulang menjelang magrib, merasakan angin segar melewati kamar, merasakan sinar matahari di teras, senangnya.......

Suara saxophone yang kadang sumbang turut mewarnai hari-hariku di rumah, karena sang ayah lagi semangat belajar saxophone, dan karena jauhnya tempat kursusnya di cibubur, maka sang ayah lebih banyak belajar dari youtube, sendiri.

Aisyah, yang sudah jarang pulang ke rumah, bahkan beberapa bulan terakhir tidak pulang, kini di rumah menunggu "penempatan" di universitas mana dia akan diterima pada bulan Juli nanti, dan untuk kemudian pergi lebih lama lagi ke luar kota, mungkin pulang pas liburan semesteran aja.

Almas, masih asyik dengan game onlinenya, dan repotnya, nilai raport nya bagus saat kenaikan kelas kemarin, sehingga tidak ada alasan untuk melarangnya bermain game online yang sangat-sangat disukainya. Apalagi taraweh dan sholat tidak ketinggalan.....Alhamdulillah

4 hari saur bersama, buka bersama, ber-4, di rumah, kadang Aisyah masak, atau cari makanan dan kue khas bulan puasa untuk berbuka yang memenuhi depan ruko-ruko di Citra Indah, sholat berjamaah, terdengar biasa saja bukan? Namun bagi kami yang hari-hari kerja hidup terpisah dan anak-anak sudah besar dengan kegiatan masing-masing, hal ini adalah "kemewahan". Alhamdulillah, senangnya........

2 malam lalu, aku tidak bisa tidur, entah mengapa, kepalaku seperti tak bisa berhenti berfikir, berputar dan memikirkan dan mengkhawatirkan segala hal. Mulai dari hutang-hutang, pekerjaan, anak-anak, suami, perasaanku, kemarahanku, semua seperti berloncat-loncatan memenuhi pikiranku. Bagaimana kalau begini, bagaimana kalau begitu.... padahal aku sedang baik-baik saja menikmati liburan sederhanaku di rumah.

Hm, jangan-jangan otakku default-nya selalu berfikir setiap hari yang berat-berat, hingga beberapa hari "tidak perlu berfikir" malah mengganggu metabolisma kerja otakku sehingga malah mengkhawatirkan segala hal......mungkin....... entahlah.

Lalu aku kemudian merenung, sungguh aku seharusnya tidak perlu berfikir terlalu banyak, aku hanya perlu bersyukur dan berbahagia......dan aku tersenyum.

Sambil membuka buka facebook yang sudah lumayan jarang dibaca-baca atau di-update, aku melihat seorang teman yang sedang liburan di jogyakarta.....dan sepertinya, sendiri. Wah, he is doing it! Kita baru saja berbincang beberapa hari lalu melalui telpon dan aku sharing bahwa liburan sendirian itu menyenangkan kok sekali-sekali. Aku belajar dari Mama almarhum, dan kadang kulakukan dan kuajarkan juga pada anak-anak.  Bahwa, sebagai individu, penting memiliki "me time", dimana kita sendirian bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan, apakah membaca buku, ke salon, nonton bioskop, atau travelling, karena saat kita jalan sendirian, kita lebih bisa menikmati perjalanan itu, meng-explore lebih banyak hal, berbincang dengan lebih banyak orang, dan tidak tergantung dari mate perjalanan.

Aku belajar, bahwa menjadi orang tua untuk anak-anak yang sudah besar, penting untuk bisa menunjukkan dan merasakan bahwa kita bisa happy sendiri, bahwa kebahagiaan kita tidak semata-mata tergantung dari orang lain, terutama anak.  Misalnya kita sudah menua, tinggal di rumah saja, dan anak-anak sudah punya kehidupan masing-masing, akan sangat "mengganggu" anak-anak, apabila kita memberikan kesan bahwa kalau mereka tidak berkunjung/mengunjungi kita sebagai orang tuanya, kita tidak akan happy, kita akan sedih.  Itu akan membuat beban yang tidak perlu buat anak-anak kita.

Aku belajar, bahwa saat anak-anak kita mengetahui bahwa ayah bundanya baik-baik saja, selalu happy ada atau tidak ada mereka, dan bisa mencari kebahagiaan dengan kegiatan sendiri, maka justru mereka akan lebih sering kangen kita dan ingin bertemu. Dan saat bersama pun, kita menunjukkan kebahagiaan (bukannya marah-marah atau ngambek karena sang anak jarang meluangkan waktu karena kesibukan mereka).

Aku belajar, bahwa orang yang bisa berbahagia dengan dirinya sendiri, dan juga bisa berbahagia dengan orang-orang terkasih, akan menularkan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. 

Ada orang yang hanya bisa berbahagia kalau segala sesuatu telah sesuai dengan keinginannya,
ada orang yang hanya bisa berbahagia sendiri tetapi tidak bisa berbahagia bersama orang lain,
ada orang yang hanya bisa berbahagia tergantung dari orang lain, kalau anaknya datang, dan tidak bisa berbahagia sendiri,
ada orang yang hanya bisa berbahagia untuk hal-hal yang hanya dalam angannya, dan tidak dimilikinya

Bahagia itu sederhana, teman......
Adanya di dalam pikirian kita, keluarkan, dan rasakan, that's it!

Yuk........happy kalau sendiri, happy bersama-sama......


Comments

  1. Wew... Viewnya indah banget yud.. Jd kangen mau main kerumah kalian lagi.

    Oh iya tulisannya juga santai dan berbobot.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng