Tidak Ada Sekolahnya

Ada satu peran penting yang tidak ada sekolahnya, menjadi orang tua!

Menjadi orang tua untuk 2 anak ABG, 17th dan 13th sungguh suatu peran yang membutuhkan 100% konsentrasi, full time job, padahal aku adalah seorang Ibu bekerja dengan pekerjaan full time.

Mendengar dari banyak sharing orang tua-orang tua lain, kadang aku terheran-heran, mendengar keluhan-keluhan mengenai anak-anak mereka yang begini atau begitu, mengenai hubungan antara anak dan orang tua yang hanya terbatas pada "menyuruh belajar dan sholat" atau "ngomel karena nilai raport jelek" atau sang orang tua tidak mengetahui sesungguhnya bagaimana sepak terjang sang anak di belakang mereka.

Aku belum bisa mengatakan bahwa aku (dan suami) sudah sukses menjadi orang tua, masih terus berproses, tetapi paling tidak, pada titik ini aku bisa mengatakan bahwa tidak ada yang aku keluhkan dari anak-anak kami.

Aisyah, siswa SMA 70 Jakarta, 17 tahun, tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak dugem, tidak melakukan hubungan di luar nikah, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak bermasalah di sekolahnya, hanya 2x aku dipanggil guru BP, itupun atas apa yang dilakukannya setelah minta ijin padaku dan aku ijinkan, yaitu potong rambut model skinhead dan menggunakan celana panjang ke sekolah.

On top of that, Aisyah sudah bisa mengambil keputusan sendiri untuk banyak hal-hal yang membutuhkan keputusannya, dia sudah mengetahui mau kuliah dimana dan jurusan apa, dia berperan penting dalamm organisasi yang digelutinya, dia bahkan sudah bisa sedikit "mencari uang" pada saat dibutuhkan, dengan menjadi joki untuk tugas sekolah teman-temannya dan pernah iseng-iseng jadi waitres di restaurant Jepang di luar jam sekolah.

Alhamdulillah, aku dan suami tidak merasakan "susahnya" punya anak SMA.

Almas, siswa SMPI Cikal Harapan, 13 tahun, tidak kecanduan main game di warnet, tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak kebut-kebutan naik motor, tidak bermasalah di sekolahnya, hanya satu kali aku dipanggil guru BP karena ditemukan gambar orang dewasa  di laptop-nya.

On top of that, Almas sudah cukup mandiri, memiliki teman-teman yang tidak beragajulan, nilai-nilai di raportnya memuaskan.

Alhamdulillah, aku dan suami tidak merasakan "susahnya" punya anak SMP.

Tentunya, anak tidak dengan sendirinya menjadi seperti itu, sama halnya tidak dengan sendirinya anak menjadi anak bandel.  Ada banyak faktor yang mengakibatkan pola perilaku anak ABG yang biasanya susah diatur dan sulit dimengerti kebanyakan orang tua, di antaranya adalah:
  • komunikasi yang tidak konstruktif antara anak dan orang tua, hanya komunikasi 1 arah (orang tua menyuruh ini itu dan melarang ini itu pada anak) dan anak tidak bisa mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang tua, karena kurangnya pengertian orang tua terhadap kondisi anak ABG masa kini
  • pengaruh lingkungan dan teman-teman
  • pengaruh biologis, perubahan hormon menjadi dewasa, menjadikan anak ABG menjadi labil
  • kurangnya penanaman disiplin yang dihormati anak, bukan ditakuti (bila hanya karena takut, maka saat tidak ada pengawasan akan bablas)
  • hancurnya percaya diri sang anak karena senantiasa disalahkan, diremehkan dan dilecehkan oleh orang tua, baik dari fisik (berlebihan dipukul) maupun mental (berlebihan dimarahi, dimaki-maki ataupun dilecehkan/direndahkan)
  • pengaruh sosial media
  • pengaruh lingkungan sekolah yang tidak membuat anak ingin menampilkan yang terbaik dari dirinya
  • dan sebagainya
Begitu banyak faktor yang tidak semuanya bisa dikontrol oleh orang tua, bayangkan betapa sulitnya kita sebagai orang tua, harus memperhatikan semua faktor itu, menjadi pendamping, pendidik dan sekaligus tempat curhat anak ABG, disamping tugas lain kita sebagai orang dewasa, seperti bekerja mencari nafkah, mengurusi rumah tangga, mengurusi suami/istri, memperhatikan orang tua dan keluarga lain, bersosialisasi di kantor ataupun di luar kantor, dan sebagainya.

Dan semua itu harus kita lakukan on daily base, setiap hari, 24 jam sehari, 7 hari seminggu!

Dan tidak ada sekolahnya pula!

Aku belajar dari buku-buku parenting, seminar-seminar dan sharing dengan teman-teman.  Belajar dari pengalaman dengan orang tua kita dulu, belajar dari pengalaman orang tua-orang tua lain yang kita lihat anak-anak mereka sudah beranjak dewasa dan sukses, belajar dari mana saja, setiap hari, setiap saat.

Bahkan, dengan pengetahuan yang sebegitupun, dengan aplikasi yang semaksimal mungkin-pun, tidak ada jaminan bahwa anak ABG kita akan lulus dan selamat melewati masa ABG mereka dan menjadi orang dewasa yang benar benar dewasa, mature dan fulfilled.

Itulah mengapa, kemudian aku mengerti bahwa doa anak yang shaleh adalah penyelamat kita di alam nanti, karena menjadikan anak kita anak yang shaleh adalah pekerjaan dan tanggung jawab luar-luar biasa beratnya. 

Doa dan hormat yang tulus itu tidak bisa kita minta, we have to earned that! Kita harus pantas mendapatkannya, kita tidak bisa meminta apalagi memaksa.

If we have done, do and will do something right as a parent, we may get the result. May, not 100% sure.

Bila kita melakukan hal yang benar pun sebagai orang tua, kita mungkin akan mendapatkan hasil yang kita inginkan, memiliki anak yang shaleh yang kemudian dengan tulus mendoakan kita, itupun mungkin, tidak pasti 100%.

Dan untuk tugas dan tanggung jawab seberat itu, tidak ada sekolahnya!!

Untuk itu, bagi semua orang tua atau calon orang tua yang membaca tulisan ini, marilah kita terus belajar, tidak ada ada istilah "Orang tua selalu benar", orang tua juga manusia, bisa salah dan bisa khilaf.

Dan semoga, anak-anak kita kelak menjadi anak-anak kebanggaan kita, anak-anak yang mengerti diri mereka sendiri, anak-anak yang berguna bagi orang lain, anak-anak mandiri yang bisa menjadi tumpuan harapan orang-orang di sekitar mereka dan semoga tidak lupa dengan tulus kelak akan selalu mendoakan kita........Amin.....









Comments

  1. Memang tidak ada sekolahnya Bu, tetapi ada tempatnya belajar, baik dari buku maupun pengalaman orang lain. Selamat menjadi orang tua yang sukses.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pendidikan Dasar Wanadri, Mau Bikin Anakku jadi Apa?

Skinhead

beng-beng