May 31, 2013 - Remote Mom
Terdengar aneh? Remote Mom artinya adalah Ibu jarak jauh….
Begitulah aku melihat diriku, sebagai Ibu bekerja, dan
kemudian kondisi tidak memungkinkan aku untuk pulang setiap hari, karena jarak
dan waktu tempuh antara rumah dan kantor yang tidak lagi memungkinkan ditempuh
setiap hari pulang pergi.
Maka sudah hampir setahun ini, aku pulang ke rumah hanya
week-end, senin-jumat aku kost di dekat kantor.
Sebagian orang, bahkan kenalan, terutama yang tidak kenal
baik padaku, suami dan anak-anakku, mungkin terdengar aneh, tetapi begitulah
keadaannya.
Aku memang dididik oleh Mamaku (almarhum) yang single
parent, sangat mandiri, jadi bagiku sendiri, tinggal sendiri, kemana-mana
sendirian sudah tidak aneh lagi, karena telah aku lakukan sejak belia dulu.
Oleh karenanya, kondisi tinggal jauh dari keluarga, bisa aku
jalani dengan adaptasi yang tidak terlalu sulit.
Masalahnya adalah, bagaimana aku bisa menjalankan peran
(penting) ku sebagai Ibu bagi anak-anakku yang sekarang sudah teen-agers? Aku adalah type Ibu yang secara emosional dan
psikologis sangat dekat dengan anak-anak, karena memang aku memilih demikian.
Anakku yang sulung, perempuan, sudah menjelang 17 tahun,
duduk di bangku SMA, sudah punya “kehidupan sendiri” karena sudah nyaris
dewasa, sudah bisa mengambil banyak keputusan sendiri, tetapi tetap, untuk
masalah apapun dari urusan terkecil, urusan cowok yang menarik hatinya, atau
siapa sahabatnya, atau bagaimana organisasi pecinta alamnya, atau siapa guru
yang asyik, pelajaran apa yang menjengkelkan, atau bagaimana kondisi gunung
yang akan didaki liburan mendatang, atau suasana café-café di kemang, tetap
sharing padaku. Alhamdulillah, aku
“masih” dipercaya menjadi “sahabat”nya, walaupun dia punya banyak sahabat-sahabat
lain seumurannya.
Anakku yang bungsu, laki-laki, sudah 12 tahun, bulan depan
sudah jadi murid SMP, sudah mulai suka-sukaan dengan lawan jenis, sudah mulai
beranjak dewasa. Tingginya saja sudah
hampir sama denganku, walaupun anak bungsu, dan tidak secepat kakaknya dalam
urusan kemandirian, tetapi untuk banyak hal yang membutuhkan keputusan pribadi,
dan kemandirian sehari-hari tanpa adanya Ibu, sudah sangat baik.
Dan tetap saja, walaupun secara fisik sang Ayah lebih dekat,
tetapi, untuk urusan ijin tidak berangkat les, ada kesulitan di sekolah,
berencana pergi bersama teman-teman sebaya, sang “pacar” sedang bersedih hati,
atau hal-hal yang urusannya lebih pribadi, dia lebih prefer telpon aku.
Alhamdulillah, aku “tetap” dipercaya menjadi “orang besar/dewasa” yang paling
dipercayainya, walaupun secara natural menurut usianya dia sudah mulai mencari
jati dirinya, di usianya yang rentan.
Dengan kondisi keberadaan-ku secara fisik tidak selalu bisa
hadir dan kelihatan setiap hari, tetapi anak-anakku tetap tidak pernah
kehilangan “sosok Ibu” yang selalu, selalu ada saat mereka membutuhkan, yang
selalu menjadi tumpuan untuk masalah apapun yang mereka hadapi, selalu bisa
menjadi tempat bersandar di kala mereka sedih atau limbung, selalu bisa menjadi
“tempat sampah” bila mereka ingin meluapkan emosinya, selalu menyayangi mereka
sepenuh hati.
Semoga, bunga cintaku (Aisyah Jasmine) dan permata hatiku
(Almas Mushad) dapat tumbuh menjadi pribadi yang kuat, yang seimbang, yang
tegar, yang selalu yakin dapat mencapai apapun yang mereka cita-citakan, selama
mereka terus menjaga tanggung jawab dan mau bekerja keras……..
Hatiku kadang getir, dan tidaklah mudah menjadi “Remote
Mom”, tetapi melihat anak-anakku beranjak dewasa dan tetap berada di dalam
koridor kebanggaan kami di setiap step-step kehidupan mereka, mengobati
kegetiran hatiku.
Semoga Allah SWT selalu melindungi anak-anakku…..
*Just remember that Mom always hug you everyday*
:')
ReplyDeleteIbu terhebat..............