Young Adult - Early Adulthood
Menurut Erik Erikson, seorang psikolog terkenal kelahiran Jerman, 1902, sebagai profesor di Harvard, UC Berkeley dan Yale, penerima pulitzer prize, yang memperkenalkan teori psikososial: "Erikson's Stages of Psychosocial Development", bahwa secara sosial, setiap individu dibagi menjadi 8 tahap kehidupan sejak bayi hingga tua sebagai fungsi untuk menegosiasikan kekuatan biologis dan sosio-kulturalnya.
Setiap tahap dikenali dengan krisis psikososial dari 2 kekuatan yang saling bertentangan tersebut. Apabila seseorang individu berhasil merekonsiliasikan kekuatan-kekuatan ini, ia akan sampai kepada kebijaksanaan/kebajikan yang sesuai. Apabila tidak, maka "ketidak-seimbangan" dari tahap sebelumnya akan terbawa ke tahap berikutnya dan akan mempengaruhi perkembangan sosial di tahap berikutnya (kembali sebagai masalah di masa depan). Namun hasil dari satu tahapan tidaklah permanen, dan dapat dimodifikasi oleh pengalaman di kemudian hari.
Berikut adalah tahapan kehidupan sosial menurut Erikson:
Kita akan fokus pada tahapan "Early Adulthood", dimana saat ini aku sedang menghadapi krisis psikososial yang dialami anakku, dan sedikit banyak juga jadi mempengaruhi pola hubungan kita yang selama ini sangat dekat.
Setiap tahap dikenali dengan krisis psikososial dari 2 kekuatan yang saling bertentangan tersebut. Apabila seseorang individu berhasil merekonsiliasikan kekuatan-kekuatan ini, ia akan sampai kepada kebijaksanaan/kebajikan yang sesuai. Apabila tidak, maka "ketidak-seimbangan" dari tahap sebelumnya akan terbawa ke tahap berikutnya dan akan mempengaruhi perkembangan sosial di tahap berikutnya (kembali sebagai masalah di masa depan). Namun hasil dari satu tahapan tidaklah permanen, dan dapat dimodifikasi oleh pengalaman di kemudian hari.
Berikut adalah tahapan kehidupan sosial menurut Erikson:
Examples[4] | |||||
Infancy
Under 2 years
| Hope | Trust vs. Mistrust | Mother | Can I trust the world? | Feeding, abandonment |
Toddlerhood
2–4 years
| Will | Autonomy vs. Shame/Doubt | Parents | Is it okay to be me? | Toilet training, clothing themselves |
Early childhood
5-8 years [5]
| Purpose | Initiative vs. Guilt | Family | Is it okay for me to do, move, and act? | Exploring, using tools or making art |
Middle Childhood
9-12 years [6]
| Competence | Industry vs. Inferiority | Neighbors, School | Can I make it in the world of people and things? | School, sports |
Adolescence
13–19 years [7]
| Fidelity | Identity vs. Role Confusion | Peers, Role Model | Who am I? Who can I be? | Social relationships |
Early adulthood
20–39 years [8]
| Love | Intimacy vs. Isolation | Friends, Partners | Can I love? | Romantic relationships |
Middle Adulthood
40–59 years [9]
| Care | Generativity vs. Stagnation | Household, Workmates | Can I make my life count? | Work, parenthood |
Late Adulthood
60 and above [10]
| Wisdom | Ego Integrity vs. Despair | Mankind, My kind | Is it okay to have been me? | Reflection on life |
Tahapan Early Adulthood:
- Dimulai dari usia 20 hingga 39 tahun
- Fokus atau yang paling penting dalam kehidupannya adalah: Cinta
- Pertanyaan eksistensial adalah: Bisakah/Mampukan saya mencintai? (termasuk dicintai)
- Krisis psikososial yang dihadapi: konflik antara Intimacy (keintiman) dengan Isolation (pengasingan/isolasi)
- Hubungan yang penting: teman dan pasangan, termasuk mulai membutuhkan hubungan romantis
Pada awal tahap ini, krisis psikososial yang dihadapi di masa remaja (Adolescence) mengenai krisis identitas dan kebingungan peran sudah mulai berakhir, meskpun masih tetap dirasakan. Para orang dewasa muda ini masih ingin memadukan identitas mereka dengan teman-teman dan masih ingin pengakuan/diterima.
Erikson meyakini bahwa mereka kadang terisolasi karena keintiman. Mereka khawatir/takut terhadap penolakan seperti ditolak atau putus dengan pasangan. Mereka mulai kenal dengan rasa sakit dan bagi sebagian dari mereka, penolakan sangatlah menyakitkan dan ego yang tidak tertahankan.
Erikson juga berpendapat bahwa "Keintiman memiliki dampak: Distantiation", yaitu kesiapan untuk mengisolasi diri jika diperlukan, untuk menghancurkan kekuatan/tekanan dan orang-orang yang esensinya dianggap "berbahaya" bagi mereka, dan yang memiliki batasan yang tampaknya mengganggu hubungan intim seseorang.
Pada saat seseorang telah menemukan identitas dirinya, mereka telah siap untuk membuat komitmen jangka panjang kepada orang lain. Mereka sanggup untuk membentuk keintiman dan hubungan yang timbal-balik (melalui persahabatan atau pernikahan) dan bersedia melakukan pengorbanan dan kompromi seperti yang dibutuhkan hubungan tersebut.
Bila seseorang tidak bisa membina hubungan intim, mungkin dikarenakan satu dan lain hal, perasaan terisolasi bisa menjadi dampaknya dan mengakibatkan perasaan gelap (kesepian) dan kecemasan.
Begitulah teorinya.
Aku sedang menghadapi salah satu anakku di masa dewasa mudanya. Bila dilihat dari tahapan Erikson, aku sudah melalui 5 tahap perkembangan psikososial anakku. Di setiap tahapan ada tantangannya masing-masing, dan aku dan suami terus menerus belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik di tahap-tahap yang berbeda tersebut, dan kami bisa menghadapi dan menjalaninya dengan cukup baik.
Bahkan dimana banyak orang tua merasa bermasalah menghadapi anak-anak mereka di masa remaja (dalam teori Erikson pada tahap 5), aku justru bisa melewatinya dengan mulus. Anakku tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, cantik, membanggakan, bertanggung jawab, pintar, tegas, mengetahui apa yang diinginkannya dan berjuang keras meraih keinginannya.
Sampailah aku ke tahap 6 dari perkembangan anakku, di masa dewasa muda (young adult). Dibandingkan dengan tahap-tahap sebelumnya, ternyata tahapan ini yang paling menantang buatku.
Seorang mentor yang aku dengar nasehatnya berkata, "You never know that our kids eventually grow up like us", dan aku tertawa mendengarnya. Bahwa semua hasil didikan yang selama ini telah kita tanamkan sejak kecil, mengenai nilai-nilai keberanian, percaya diri, kemandirian, tidak takut mengatakan dan mengungkapkan perasaan, belajar mencari solusi sendiri, ternyata berbuah, dia melakukannya!
Bahwa tindakan yang kita sebagai orang tua menganggap sebagai "pemberontakan", ternyata bukan tindakan untuk melawan dan tidak menghormati kita sebagai orang tua, namun tindakan yang dia pikir dia perlukan untuk proses menjadi dewasa, proses untuk berfikir sendiri.
Apakah ada rasa sedih? Ya! Ada rasa sakit? Ya!
Tentu saja, aku seorang Ibu, yang sudah diprogram untuk selalu khawatir terhadap anak-anaknya, untuk selalu ingin mengetahui segala hal tentang anak-anaknya, untuk memastikan anak-anak berjalan di koridor yang aman, untuk mengobati luka mereka, untuk menjadi sandaran, untuk menyediakan bahu bagi kegalauan mereka, untuk menjadi tempat menangis, tempat curhat mengenai masalah apapun, untuk menjadi segalanya bagi anak-anak.
And I worked very hard, every day, for 20 years, (try to) becoming a good Mom for my kids. Family is always my priority.
And now.... I feel not trusted anymore.
Dibalik rasa sedih dan sakitku, tidak pernah berkurang sedikitpun rasa sayangku, rasa cintaku, rasa banggaku terhadapmu, nak....
Semoga "space" yang kamu minta dan aku berikan, bisa membuatmu lebih nyaman, menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dapat berfikir sendiri, dan bisa menjalani krisis psikososialmu tanpa menyakiti orang-orang di sekitarmu yang menyayangimu.
Never forget, that you are loved, always.
Erikson juga berpendapat bahwa "Keintiman memiliki dampak: Distantiation", yaitu kesiapan untuk mengisolasi diri jika diperlukan, untuk menghancurkan kekuatan/tekanan dan orang-orang yang esensinya dianggap "berbahaya" bagi mereka, dan yang memiliki batasan yang tampaknya mengganggu hubungan intim seseorang.
Pada saat seseorang telah menemukan identitas dirinya, mereka telah siap untuk membuat komitmen jangka panjang kepada orang lain. Mereka sanggup untuk membentuk keintiman dan hubungan yang timbal-balik (melalui persahabatan atau pernikahan) dan bersedia melakukan pengorbanan dan kompromi seperti yang dibutuhkan hubungan tersebut.
Bila seseorang tidak bisa membina hubungan intim, mungkin dikarenakan satu dan lain hal, perasaan terisolasi bisa menjadi dampaknya dan mengakibatkan perasaan gelap (kesepian) dan kecemasan.
Begitulah teorinya.
Aku sedang menghadapi salah satu anakku di masa dewasa mudanya. Bila dilihat dari tahapan Erikson, aku sudah melalui 5 tahap perkembangan psikososial anakku. Di setiap tahapan ada tantangannya masing-masing, dan aku dan suami terus menerus belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik di tahap-tahap yang berbeda tersebut, dan kami bisa menghadapi dan menjalaninya dengan cukup baik.
Bahkan dimana banyak orang tua merasa bermasalah menghadapi anak-anak mereka di masa remaja (dalam teori Erikson pada tahap 5), aku justru bisa melewatinya dengan mulus. Anakku tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, cantik, membanggakan, bertanggung jawab, pintar, tegas, mengetahui apa yang diinginkannya dan berjuang keras meraih keinginannya.
Sampailah aku ke tahap 6 dari perkembangan anakku, di masa dewasa muda (young adult). Dibandingkan dengan tahap-tahap sebelumnya, ternyata tahapan ini yang paling menantang buatku.
Seorang mentor yang aku dengar nasehatnya berkata, "You never know that our kids eventually grow up like us", dan aku tertawa mendengarnya. Bahwa semua hasil didikan yang selama ini telah kita tanamkan sejak kecil, mengenai nilai-nilai keberanian, percaya diri, kemandirian, tidak takut mengatakan dan mengungkapkan perasaan, belajar mencari solusi sendiri, ternyata berbuah, dia melakukannya!
Bahwa tindakan yang kita sebagai orang tua menganggap sebagai "pemberontakan", ternyata bukan tindakan untuk melawan dan tidak menghormati kita sebagai orang tua, namun tindakan yang dia pikir dia perlukan untuk proses menjadi dewasa, proses untuk berfikir sendiri.
Apakah ada rasa sedih? Ya! Ada rasa sakit? Ya!
Tentu saja, aku seorang Ibu, yang sudah diprogram untuk selalu khawatir terhadap anak-anaknya, untuk selalu ingin mengetahui segala hal tentang anak-anaknya, untuk memastikan anak-anak berjalan di koridor yang aman, untuk mengobati luka mereka, untuk menjadi sandaran, untuk menyediakan bahu bagi kegalauan mereka, untuk menjadi tempat menangis, tempat curhat mengenai masalah apapun, untuk menjadi segalanya bagi anak-anak.
And I worked very hard, every day, for 20 years, (try to) becoming a good Mom for my kids. Family is always my priority.
And now.... I feel not trusted anymore.
Dibalik rasa sedih dan sakitku, tidak pernah berkurang sedikitpun rasa sayangku, rasa cintaku, rasa banggaku terhadapmu, nak....
Semoga "space" yang kamu minta dan aku berikan, bisa membuatmu lebih nyaman, menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dapat berfikir sendiri, dan bisa menjalani krisis psikososialmu tanpa menyakiti orang-orang di sekitarmu yang menyayangimu.
Never forget, that you are loved, always.
Comments
Post a Comment